Pemberi pinjaman global itu pada Kamis 12 Januari, mencatat bahwa kekhawatiran tentang lonjakan harga minyak telah gagal terwujud dan pasar tenaga kerja tetap kuat.
Sementara di faktor internal, juga ada optimisme pasar bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun ini lebih baik dari yang diperkirakan, didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih kuat, inflasi yang terkendali, dan berakhirnya siklus pengetatan moneter oleh Bank Indonesia (BI).
BI memperkirakan pada 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5-5,3 persen.
Perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berlanjut karena didorong oleh permintaan domestik yang semakin kuat. Konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).
Selain itu investasi juga diprakirakan akan membaik, didorong oleh membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk Penanaman Modal Asing, serta berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional. Hingga 17 Januari 2023 investasi portofolio mencatat arus masuk bersih (net inflows) sebesar 4,6 miliar dolar AS.
Rully memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp15.015 per dolar AS hingga Rp15.105 per dolar AS.
Pada Jumat 20 Januari, rupiah ditutup menguat 29 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.075 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.104 per dolar AS.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini