"Kalender data secara teori akan menjaga emas tetap kuat minggu ini, Namun, emas telah berjalan cukup jauh dan kami meragukan apakah pasar siap menambah posisi pendek emas menjelang pertemuan FOMC minggu depan."
Ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih lambat juga telah melemahkan dolar dan imbal hasil Treasury AS, yang selanjutnya menguntungkan harga emas dan aset non-yielding lainnya. Tetapi pasar tetap tidak yakin di mana suku bunga AS akan mencapai puncaknya, mengingat inflasi masih cenderung mendekati level tertinggi 40 tahun.
Fokus minggu ini juga pada indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti, ukuran inflasi pilihan Federal Reserve. Sementara indeks diperkirakan telah mereda pada bulan Desember dari bulan sebelumnya, masih diperkirakan akan tetap jauh di atas target tahunan Fed sebesar 2 persen.
Pasar juga prihatin atas AS yang mencapai batas pagu utangnya, dengan Kongres tetap terpecah atas pengesahan tindakan untuk menaikkan pagu. Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan dalam surat baru-baru ini kepada Kongres bahwa potensi gagal bayar AS atas kewajiban utangnya dapat mendatangkan malapetaka di pasar keuangan global.
Menteri Keuangan Jepang, Shun'ichi Suzuki mengatakan kepada parlemen pada hari Senin bahwa keuangan publik Jepang telah meningkat parah ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya karena berjuang untuk mempertahankan permintaan setelah pandemi.
"Itu adalah situasi yang membuat pemerintah tidak siap untuk mengatasi beban pembayaran utang yang meningkat," kata Ibrahim.
Pasar pada umumnya sepi pada hari Senin, dengan dimulainya liburan Tahun Baru Imlek di China dan kelangkaan data penggerak pasar di tempat lain.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini