"Itu kita bangun semuanya dengan uang negara. Memang dipinjami dulu, tapi kita bayar pakai uang negara,” kata Sri Mulyani.
Meski begitu, bendahara negara itu memastikan bahwa pembiayaan pembangunan yang terbesar berasal dari APBN yang mencapai hingga Rp 9,6 triliun.
Pembiayaan itu melalui proyek Surat Berharga Syariah Negara atau Project Based Sukuk (PBS) yang digunakan untuk membangun berbagai perguruan tinggi Islam Negeri di Indonesia dari tahun 2015 hingga 2023 yang berjumlah hingga 199 proyek.
Lebih jauh, Sri Mulyani menekankan bakal terus menjaga keuangan negara menjadi instrumen yang bisa diandalkan untuk pembangunan. Untuk melindungi rakyat pada saat rakyat menghadapi ancaman seperti pandemi.
Salah satunya terlihat dari bagaimana melindungi masyarakat ketika menghadapi syok seperti harga minyak yang melonjak 2-3 kali lipat.
APBN sebagai shock absorber
"Itu pakai uang negara. Guncangan yang luar biasa itu bisa mempora-porandakan sebuah negara, sebuah perekonomian, dan sebuah bangsa dan masyarakat . APBN biasanya menjadi shock absorber, menjadi penahan guncangan,” katanya.
Oleh karena itu, ia berharap agar fasilitas yang dibangun menggunakan dana APBN dalam hal ini adalah Universitas Islam Negeri Malang Maulana Malik Ibrahim akan bisa menjadi universitas kelas dunia dan yang terbaik di dunia.
“Jangan hanya berpikir kelas lokal atau kelas nasional, ambisinya adalah menjadi kelas dunia. Saya haqqul yakin itu bisa dilaksanakan oleh civitas akademika nya,” tutur Sri Mulyani.
Baca juga: Peringatan Resesi 2023 Disebut Alarm Palsu, Begini Tanggapan Sri Mulyani
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.