TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan siap mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia dengan mengoptimalkan cadangan nikel.
"Kami yakin dengan cadangan nikel di Indonesia, kami bisa memproduksi baterai dan meningkatkan penetrasi EV," kata Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati di Paviliun Indonesia, World Economic Forum di Davos, Swiss, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu, 22 Januari 2022.
Menurut dia, Pertamina memiliki infrastruktur yang bisa dioptimalkan untuk penetrasi kendaraan listrik serta memiliki data segmentasi karakteristik, mobilitas, dan kemampuan membeli.
Baca: Kemenko Perekonomian Sebut Proyek JCM Berkontribusi pada Penurunan 56 Ribu Ton CO2e
Selain itu, Pertamina juga memiliki lebih dari 7.400 SPBU, 6.100 Pertashop, dan 63.000 outlet LPG. Pertamina juga siap berkolaborasi dengan pihak lain dari berbagai negara untuk mengembangkan baterai EV dan mengoptimalkan infrastruktur yang dimiliki.
Komitmen itu juga sejalan dengan rekomendasi yang diajukan oleh Gugus Tugas Energi, Keberlanjutan dan Iklim B20 (Business 20-Task Force Energy, Sustainability, and Climate/B20-TF ESC) yang salah satunya mengajukan rekomendasi kebijakan untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV).
"Kami mengusulkan beberapa rekomendasi kebijakan dan aksi kebijakan, terutama bagaimana mempercepat penetrasi EV di setiap negara," kata Nicke yang juga menjabat sebagai Ketua B20-TF ESC selama G20 tahun 2022 itu.
Dalam acara bertajuk "Indonesia Economic Development Through Downstream Industries and Inclusive Partnership" tersebut, Nicke mengungkap rekomendasi kebijakan tersebut, di antaranya percepatan penggunaan energi berkelanjutan, memastikan transisi yang adil dan terjangkau, dan meningkatkan ketahanan energi.
Untuk mempercepat penggunaan energi berkelanjutan, kata dia, Pertamina menargetkan efisiensi energi dengan elektrifikasi menjadi faktor penentu keberhasilan. "Ada target efisiensi energi sisi permintaan, bagaimana mengelola efisiensi energi dari sisi permintaan dan kami percaya elektrifikasi menjadi faktor kunci keberhasilan," ujarnya.