TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Dirjen IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita menyebut industri alas kaki di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi bisnis yang prospektif di pasar lokal dan global.
Berdasarkan data World Footwear Yearbook 2022, Indonesia merupakan konsumen produk alas kaki terbesar keempat di dunia pada 2021, dengan total konsumsi sebesar 806 juta pasang sepatu atau 3,8 persen dari total konsumsi produk alas kaki dunia.
Baca: Ancaman Resesi Global, Kemenperin Optimistis Industri Alas Kaki Bertahan
“Di tahun 2021, Indonesia juga merupakan eksportir alas kaki terbesar ketiga di dunia setelah China dan Vietnam. Kuantitas ekspor produk alas kaki Indonesia mencapai angka 427 juta pasang, atau 3,3 persen dari total produk alas kaki yang diekspor di seluruh dunia,” kata Reni dalam keterangan resmi, dikutip Tempo, Minggu, 22 Januari 2023.
Lebih lanjut, Reni mengatakan Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) sebagai salah satu unit kerja Ditjen IKMA, melihat pola dari hubungan dan potensi kemitraan setiap stakeholder pada industri alas kaki membentuk sebuah ekosistem yang bisa dilakukan replikasi dalam dunia digital. Ekosistem ini dapat menghubungkan antar stakeholder dalam pemenuhan kebutuhan yang lebih luas dan diharapkan dapat memberi kebermanfaatan yang lebih besar.
Kepala BIPI Kementerian Perindustrian Syukur Idayati mengatakan bahwa BIPI telah meluncurkan Indonesia Footwear Network (IFN) yang menghubungkan stakeholder pelaku industri alas kaki di Indonesia. IFN dapat diakses pada ifn.bpipi.id. Dalam ekosistem digital ini terdapat industri penyedia produk/jasa/layanan dari hulu ke hilir, sehingga komunikasi bisa terjalin lebih mudah sekaligus mempermudah aliran supply chain pada industri alas kaki.
Ida mengatakan IKM alas kaki memiliki peluang besar untuk naik kelas hingga mampu merambah pasar ekspor karena inovasi dan mampu menjaga kualitas mutu. Industri ini prospektif, dengan menjaga kualitas mutu, dan terus berinovasi. “Oleh karena itu, kami dampingi untuk yang skala kecil dan menengah agar mampu memenuhi standar pasar,” ungkapnya.
Kementerian Perindustrian, Ida melanjutkan, pun mendorong industri alas kaki untuk melakukan pengembangan produk dan konsisten berinovasi untuk menjawab kebutuhan pasar. Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah melakukan uji laboratorium untuk menjaga standar mutu.
“Dalam hal ini, IKM persepatuan dapat memanfaatkan laboratorium uji untuk mengetahui mutu sepatu atau alas kaki yang diproduksi. Beberapa IKM alas kaki yang telah mengekspor produknya juga membutuhkan uji laboratorium tersebut untuk memenuhi standar yang diinginkan pasar global,” ujarnya.
Baca: PPATK Sebut Rp 1 Triliun Lebih Hasil Tambang Ilegal Mengalir ke Partai Politik
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini