Sementara dari faktor internal, Ibrahim mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia telah menyiapkan berbagai strategi dan kebijakan agar target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen (yoy) dan inflasi kisaran 2-4 persen pada 2023 dapat tercapai.
Ia menilai langkah tersebut wujud pemerintah dan BI tetap optimistis, waspada, dan antisipatif dalam menghadapi kondisi perekonomian global 2023 yang diprediksi penuh dengan ketidakpastian.
Guna menjaga inflasi tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi tetap kuat, kata dia, Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RGB) pada 18-19 Januari 2023 memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen. Sedangkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,5 persen.
Keputusan menaikkan suku bunga yang lebih terukur dinilai sebagai langkah lanjutan untuk secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking. BI juga memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam kisaran 2-4 persen pada semester pertama 2023 dan inflasi IHK kembali kesasaran 2-4 persen pada semester kedua 2023.
Berdasarkan pengamatan para ekonom, Ibrahim mengatakan kenaikan suku bunga acuan lanjutan sebesar 25 basis poin merupakan langkah untuk menjaga inflasi yang saat ini sudah dalam tren menurun. Menurutnya, kenaikan suku bunga juga diperlukan untuk memastikan inflasi dapat kembali lebih cepat ke dalam target sasaran 2 hingga 4 persen.
Selain itu juga sebagai antisipasi beberapa pertemuan bank-bank sentral besar dunia yang diperkirakan masih akan menaikan suku bunga acuannya sehingga dibutuhkan untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini