TEMPO.CO, Melbourne - Harga minyak dunia jeblok pada awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, 17 Januari 2023. Salah satu pemicu anjloknya harga komoditas tersebut adalah kekhawatiran pasar akan resesi yang mendominasi berita utama dari pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos.
Hal ini yang kemudian menguras optimisme yang memicu pasar pekan lalu di tengah prospek pemulihan permintaan bahan bakar di importir minyak utama Cina.
Baca: Sri Mulyani Sebut Pemerintah Kucurkan Rp 422 T untuk Subsidi Energi Tahun 2022
Harga minyak mentah berjangka Brent, misalnya turun 38 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di US$ 84,08 per barel pada pukul 01.14 GMT. Artinya, level harga minyak itu akan memperpanjang kerugian 1 persen di sesi sebelumnya.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jeblok US$ 1,16 atau 1,5 persen, menjadi diperdagangkan di US$ 78,7 per barel dari penutupan Jumat pekan lalu, 13 Januari 2023. Adapun pada hari Senin kemarin, tidak ada penyelesaian perdagangan karena libur AS untuk Hari Martin Luther King.
Adapun dalam survei bearish yang dirilis pada KTT Davos, dua per tiga ekonom sektor swasta dan publik memperkirakan resesi global tahun ini, dengan sekitar 18 persen menganggapnya "sangat mungkin terjadi".
Di saat yang sama, survei tentang pandangan kepala eksekutif (CEO) oleh PwC adalah yang paling suram sejak perusahaan meluncurkan jajak pendapat tersebut satu dekade lalu.
Analis komoditas ANZ dalam catatan klien menyebutkan harga minyak mentah Brent naik hampir 10 persen selama 10 hari terakhir karena optimisme atas pembukaan kembali Cina yang mendorong sentimen. "Namun, prospek ekonomi global lainnya tidak pasti," seperti dikutip dari hasil analisis tersebut.
ANZ juga melihat lonjakan pasokan minyak mentah dari Rusia membebani pasar, dengan ekspor lintas laut telah naik menjadi 3,8 juta barel per hari pekan lalu. Angka ini mencapai level tertinggi sejak April.
Sebelumnya, pada Jumat pekan lalu, Reuters melaporkan bahwa setidaknya empat super tanker milik Cina mengirimkan minyak mentah Ural Rusia ke Cina dan super tanker kelima mengirimkan minyak mentah ke India. Komoditas minyak juga tersedia dengan harga diskon menyusul pengenaan batas harga minyak oleh Kelompok Tujuh (G7).
Selain itu, penguatan dolar AS dari posisi terendah tujuh bulan juga menyeret harga minyak. Pasalnya, greenback yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
ANTARA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.