TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama Perum Bulog menanggapi prediksi defisitnya hasil produksi beras dalam negeri tahun ini. Ia mengatakan semua pihak yang berkaitan dengan pangan memang harus mengikuti perkembangan stok di lapangan. Pasalnya, kata dia, tak ada yang bisa memastikan kecukupan pasokan untuk kebutuhan secara nasional.
"Makanya kalau soal pangan kita jangan alergi deh soal impor atau tidak impor. Toh kita bukan untuk cari keuntungan. Tapi yang paling penting adalah ketersediaan pemenuhan untuk kepentingan negara, masyarakat, itu aja yang paling penting," kata dia saat ditemui di Gedung DPR RI, Senayan Jakarta Selatan pada Senin, 16 Januari 2023.
Baca Juga: Target Penyerapan Beras Lokal Bulog Naik Dua Kali Lipat, Buwas: Tunggu Keputusan Bapanas
Ia menjelaskan Kementerian Pertanian maupun Badan Statistik Nasional memang bisa memprediksi soal hasil panen di Tanah Air. Namun, menurut dia, sebaiknya pemerintah maupun masyarakat jangan dahulu meyakini apakah Indonesia akan surplus atau defisit beras tahun ini. Terlebih faktor cuaca, yakni fenomena La Nina sangat mempengaruhi produksi tahun ini.
Sementara itu, Badan Pangan Nasional berencana menaikkan target penyerapan beras untuk cadangan beras pemerintah (CBP) dua kali lipat dibandingkan tahun lalu menjadi 2,4 juta ton. Target ditingkatkan untuk menghindari potensi impor beras di akhir tahun.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada November 2022 panen dalam negeri akan mencapai 1,9 juta ton. Kemudian pada Desember 2022 sebanyak 1,4 juta ton, Januari diperkirakan panen 1,3 juta ton, dan panen di Februari meningkat sebanyak 4,3 juta ton. Sementara kebutuhan beras nasional adalah 2,5 juta ton per bulan, sehingga ada potensi Indonesia kekurangan stok pada akhir tahun.
"Jadi kita harus atur dan jaga betul stok dan pengaturan realisasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP)-nya, karena seperti kita ketahui, kebutuhan beras nasional adalah 2,5 juta ton per bulan,” kata Arief saat ditemui di Gudang Bulog, Jakarta Utara pada Jumat, 13 Januari 2023.
Di sisi lain, anggota Satgas Pangan Polri Kombes Hermawan memperkirakan surplus pasokan beras akan terjadi pada Maret hingga Mei. Meski pada saat itu stok beras Indonesia cukup banyak, menurutnya, stok beras akan menurun lagi saat Juni. Ia merujuk pada pola yang terjadi sejak 2001 sampai 2022 yang menunjukan surplus beras hanya terjadi tiga bulan itu saja, "Selebihnya selalu kurang. Karena itu, dibutuhkan impor beras," ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Baca Juga: Wamenkeu Sebut Defisit APBN jadi Strategi Hadapi Ketidakpastian di 2023, Apa Maksudnya?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.