TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Satgas Pangan Polri mengungkapkan Indonesia hingga saat ini belum memasuki masa panen raya. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menyebut panen raya yang diklaim Kementerian Pertanian (Kementan) adalah panen sporadis di beberapa titik wilayah sentra beras.
"Ada panen-panen beberapa. Tapi ini belum panen raya. Kalau ini panen sporadis," ujar Arief saat ditemui di Gudang Bulog, Jakarta Utara pada Jumat, 13 Januari 2023.
Baca: Bos BTN Cerita yang Keluar dari Restrukturisasi KPR Covid-19 Mencapai Rp 1,7 T Sebulan, Apa Artinya?
Ia menuturkan panen raya terjadi apabila pasokan yang dihasilkan melebihi kebutuhan domestik, yakni 2,5 juta ton atau surplus. Artinya, baru bisa disebut panen raya apabila hasil produksi di atas 3-4 juta ton.
Meski demikian, Arief berjanji pemerintah melalui Perum Bulog akan tetap menyerap hasil panen saat ini. Dia pun mengapresiasi upaya Kementan untuk menghimpun data dari sejumlah wilayah yang sudah mulai melaksanakan panen.
"Kementan sekarang lagi berusaha cari di daerah mana yang panen. Tetap kita harus apresiasi dan di mana pun tetep kita ambil. Ini waktunya hand in hand," kata dia.
Sementara itu, Anggota Satgas Pangan Polri Kombes Hermawan mengungkapkan sejumlah kementerian dan lembaga telah melakukan rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Rapat tersebut membahas kondisi panen raya di Tanah Air. Ia menuturkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan panen raya akan berlangsung mulai akhir Februari mendatang.
Sehingga, ia memperkirakan akan terjadi surplus pasokan beras pada Maret hingga Mei 2023. Meski pada saat itu stok beras Indonesia cukup banyak, ia berujar, stok beras akan menurun lagi saat masuki Juni. Ia merujuk pada pola yang terjadi sejak 2001 sampai 2022 yang menunjukan surplus beras hanya terjadi tiga bulan itu saja. "Selebihnya selalu kurang. Karena itu dibutuhkan impor beras," ujarnya.
Selanjutnya: BPS mencatat.....