TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan aktivitas akhir tahun 2022. Dua di antaranya adalah membuat laporan akhir tahun untuk Presiden Joko Widodo alias Jokowi, dan membaca buku.
“Saya tidak tahu kegiatan Anda akhir tahun apa. Ya sama seperti tutup buku. Kemudian punya waktu satu minggu, kalau saya bikin laporan ke Presiden, kalau Anda mungkin langsung vacation. Selama vacation saya nggak tahu, mungkin hanya makan enak,” ujar Sri Mulyani acara CEO Banking Forum yang digelar virtual pada Senin, 9 Januari 2023.
Selain itu, kegiatan Sri Mulyani lainnya adalah membaca buku mengenai sejarah geopolitik yang berubah. Pasalnya, banyak pihak yang mengatakan saat ini situasi akan kembali seperti perang dingin di mana dulu Amerika Serikat versus Uni Soviet—sekarang blok barat versus Uni Soviet dan RRC.
Menurut Sri Mulyani, episode saat ini sama persis seperti tahun 1970-an, bahkan dampaknya ke inflasi yang mencapai 20 persen, dan situasi geopolitik pun sama. “Kalau kita mau melihat menengok ke belakang. Kalau yang di sini bankir milenial, mungkin Anda baru lahir,” kata dia.
Sri Mulyani serukan agar bankir pelajari sejarah ekonomi
Sehingga, bendahara negara tersebut mengingatkan kepada para bankir untuk mempelajari sejarah agar tidak terkejut dari sisi ekonomi maupun dari sisi keuangan dan geopolitik yang mempengaruhi dunia. Sebab, dengan mempelajari sejarah, tiap pihak bisa mendapat gambaran bagaimana penyelesaian masalah serupa di kemudian hari.
Sri Mulyani juga bicara soal perubahan iklim yang harus diperhatikan, di mana cuaca ekstrem sudah terjadi di berbagai belahan dunia. Para pengambil keputusan juga secara global sudah memperhitungkan perubahan iklim.
Termasuk mengambil sejumlah langkah mainstream agar financial market termasuk perbankan menjadikan perubahan iklim dikenali bisa mempengaruhi tidak hanya sustainability, tapi juga sistematika yang penting.
“Makanya pembicaraan di G20, Financial Stability Board (FSB) sekarang membahas mengenai tidak hanya sistem, tapi lebih ke sustainable finance. Mengenai bagaimana me-mainstream-kan risiko climate change di dalam keputusan keuangan Anda. Semuanya sektor keuangan,” tutur Sri Mulyani.
Sedangkan di Indonesia, kata Sri Mulyani, jika benar para bankir kebanyakan merupakan generasi milenial, seharusnya lebih sensitif terhadap perubahan iklim.
Selain geopolitik dan perubahan iklim, yang menjadi penting juga adalah digitalisasi. Saat ini, menurut dia, situasi digital berbeda dengan beberapa tahun belakangan yang seolah-olah akan tumbuh selalu. Menkeu mengatakan digitalisasi itu menambah efisiensi dan penetrasi tapi yang menjadi tambahan harus tetap memegang prinsip kehati-hatian.
“Jadi teknologi mengubah banyak hal tapi fundamental principle-nya sebetulnya tetap sama. Saya berharap para bankir memahami digital teknologi tidak dengan berbunga-bunga kemudian wake up call,” kata Sri Mulyani.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.