TEMPO.CO, Jakarta -Pada 2 Juni 2022, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) diputuskan pailit oleh Pengadilan Negeri Surabaya. Sebelumnya, maskapai pelat merah ini merupakan salah satu maskapai yang menjadi pilihan bagi masyarakat untuk melakukan perjalanan domestik maupun mancanegara.
Baca : 5 Fakta di Balik Pailitnya Merpati Nusantara Airlines
Baca juga:
Salah satu rute favorit dari Merpati Airlines ini adalah rute menuju Timor Leste. Namun, sejak 2014, Merpati Airlines sudah tak beroperasi, bahkan sertifikat pengoperasiannya dicabut pada 2015.
Awal Mula Pendirian Merpati Airlines
Berdasarkan catatan Tempo, maskapai ini didirikan pada 6 September 1962 dengan berpusat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Pada awal berdirinya, Merpati Airlines menggunakan pesawat berjenis DHC-3 dan DC-3 yang merupakan hasil hibah dari TNI AU. Selain mendapatkan hibah pesawat dari TNI AU, Merpati Airlines juga mendapatkan perbantua dalam hal pilot dan teknisi yang berasa dari TNI AU, Garuda Indonesia, dan beberapa perusahaan sipil lainnya.
Pada 1963, Merpati hanya melayani penerbangan perintis, khususnya di daerah Kalimantan. Namun, tidak lama kemudian, Merpati Air mulai membuka rute-rute lain, seperti Jakarta – Balikpapan, Jakarta - Tanjung Karang, dan Jakarta – Semarang.
Mulai Buka Layanan Komersial
Baca juga:
Pada 1966, Merpati Airlines mulai membuka layanan komersial di bawah pimpinan Direktur Utama Kapten R. B. Wibisono. Merpati Airlines juga mulai membuka layanan penerbangan ke wilayah papua untuk memenuhi permintaan pasar dan kebutuhan masyarakat. Walau membuka layanan komersial, penerbangan perintis oleh Merpati Airlines tetap dijalankan. Bahkan, untuk meunjang hal tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengirimkan tiga armada baru dengan jenis Twin Otter.
Kerja Sama dengan Maskapai Internasional
Perkembangan bisnis maskapai Merpati Airlines terlihat semakin menjanjikan ketika maskapai ini membuka kerja sama dengan berbagai maskapai luar negeri. Tercatat Merpati pernah menjalin kerja sama dengan Thai Airways International, Japan Airlines, Olympic Airways, Trans Australia Airlines, Lufthansa, dan China Airlines. Kerja sama dengan maskapai luar negeri ini membuat Merpati Airlines berhasil membuka rute penerbangan ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.
Kejayaan dan Keruntuhan Merpati Airlines
Pada awal abad ke-21, Merpati Airline mulai meraih kejayaannya. Bahkan, pada 2007, maskapai ini mulai serius untuk menjalankan revitalisasi dan modernisasi pada beberapa armda, khususnya arma penerbangan perintis.
Laporan Tempo, menyebutkan bahwa pada bulan Juli 2011, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat sepakat untuk menyuntik anggaran bantuan dana perbaikan maskapai Merpati Airlines sebesar Rp 16 miliar, Selanjutnya, pada Oktober 2011, Merpati Airlines diketahui mulai terlilit utang akibat pembelian avtur. Utang ini diprediksi mencapai Rp 270 miliar dan ini artinya utang tersebut lebih besar daripada suntikan anggaran bagi Merpati Airlines.
Keruntuhan Merpati Nusantara Airlines semakin di depan mata tatakala kasus korupsi terjadi di tubuh maskapai ini. Kasus penyewaan pesawat Boeing seri 737-400 dan 737-500 dari Thirdstone Aircraft Leasing terhadap Merpati Airlinespada 2007 merugikan negara mencapai US$ 1 juta. General Manager Pengadaan Pesawat Merpati Tony Sudjiarto terjerat karena pesawat yang disewa ini tidak pernah diterima oleh Merpati.
Setelah kasus korupsi, Merpati Airlines mulai mengalami kewalahan. Misalnya, pada Februari 2014, Merpati Nusantara Airlines mulai menangguhkan seluruh penerbangan karena alsan finansial. Pada akhirnya, 2 Juni 2022, PN Surabaya memutus pailit Merpati Airlines.
EIBEN HEIZIER
Baca juga : Merpati Nusantara Airlines 60 Tahun: Berdiri, Berjaya, Salah Urus dan pailit
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.