TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI menyatakan laju inflasi dari kelompok volatile food pada Desember 2022 mencapai 2,24 persen secara month to month (mtm). Angka itu lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,22 persen (mtm).
"Ini sejalan dengan pola musiman akhir tahun," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bi, Erwin Haryono melalui keterangan resmi pada Senin, 2 Januari 2023.
Baca: Selama 2022 Bensin Sumbang Inflasi 1,15 Persen, BPS: Karena Kenaikan BBM di September
Namun, BI menilai inflasi volatile food sepanjang tahun 2022 masih di level terkendali yakni 5,61 persen (yoy). Bahkan kenaikan inflasi tersebut sebetulnya masih di bawah perkiraan BI.
Menurut Erwin, terkendalinya inflasi volatile food adalah hasil sinergi dan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi melalui TPIP-TPID dan GNPIP dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, kestabilan harga, dan komunikasi efektif.
Sementara itu, inflasi dari kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,73 persen (mtm), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,14 persen (mtm) seiring dengan kenaikan tarif perusahaan air minum.
Angka ini juga naik seiring dengan pola musiman peningkatan permintaan angkutan udara pada Natal dan Tahun Baru, serta inflasi rokok kretek filter.
Inflasi tak setinggi yang diprediksi BI
Begitu juga kenaikan inflasi yang bersumber dari administered prices tidak setinggi yang diperkirakan oleh bank sentral, yaitu 13,34 persen (yoy). Kenaikan inflasi itu masih sejalan dengan penyesuaian harga BBM dan tarif angkutan yang lebih rendah.
Adapun inflasi inti pun tercatat meningkat menjadi 0,22 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,15 persen (mtm). BI menilai kenaikan itu terutama disumbang oleh komoditas kontrak rumah.
Meski naik, Erwin menyebut inflasi inti 2022 tetap terjaga rendah sebesar 3,36 persen (yoy). Hal itu seiring dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.
Kendati demikian, BI menilai tekanan inflasi 2022 lebih rendah dari prakiraan awal dan akan berdampak positif pada prospek inflasi 2023. BI sendiri memperkitakan inflasi pada 2023 kembali ke sasaran dalam rentang 2 hingga 4 persen.
BI akan terus memperkuat respons kebijakan untuk memastikan keberlanjutan penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi. Sehingga level inflasi inti tetap terjaga dalam kisaran 2 hingga 4 persen. Bank sentral juga bakal terus memperkuat koordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Baca juga: BPS Umumkan Inflasi Sepanjang 2022 Tembus 5,51 Persen, Apa Saja Pemicunya?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.