SKK Migas berupaya meningkatkan investasi di hulu migas yang stagnan dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2017 hingga 2021, realisasi investasi berada di kisaran US$ 10 miliar. Tahun ini targetnya dinaikkan menjadi US$ 13,2 miliar. Namun Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memperkirakan nilainya lebih rendah di akhir tahun ini yaitu sekitar US$ 12,1 miliar karena banyak perusahaan memilih menjaga arus kas mereka di tengah pemulihan usai pandemj.
Tanpa tambahan realisasi, Indonesia kesulitan mendongkrak produksi minyak dan gas. Pada 2030, pemerintah sudah menargetkan produksi minyak bumi 1 juta barrel oil per day (bopd) dan gas bumi 12 billion standard cubic feet per day (bscfd) pada 2030. Namun kebutuhan investasi untuk mencapai tersebut mencapai US$ 179 miliar.
Senior VP Corridor Asset Medco E&P Grissik Ltd., Tri Laksono, menyatakan stimulus fiskal tentunya sangat diharapkan untuk pengembangan lapangan migas. Tapi stimulus untuk non fiskal juga krusial menentukan rencana investasi. Khusunys soal perizinan.
Tri berharap urusan perizinan bisa selesai lebih cepat. Salah satunya alasannya untuk mengantisipasi kenaikan harga migas. Perusahaan umumnya melakukan pengembangan proyek saat harga turun untuk menghemat modal. "Itu sangat perlu untuk secepat mungkin (selesai perizinannya," kata dia, sebelum harga kembali naik.
VINDRY FLORENTIN
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini