Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini telah memiliki berbagai infrastruktur terkemuka melalui kepemilikan Terminal batu bara Balikpapan, Dermaga Perkasa dan Wahana, serta dua Floating Transfer Barges (KFT's).
Fasilitas yang dimiliki Bayan Group mampu menimbun batu bara dan memuat ke kapal dengan kecepatan berkisar antara 3.000-8.000 ton per jam. Dengan demikian, mereka dapat memberikan fleksibilitas dan penghematan dalam penggunaan kapal yang digunakan secara berlebihan.
Ia juga mendorong energi terbarukan
Hingga kini, luas konsesi cadangan pertambangannya mencapai 126.293 hektare di Kalimantan Timur dan Selatan. Selain itu, Low juga memegang jabatan penting di perusahaan energi terbarukan Singapura Metis Energy serta memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.
Sedangkan dukungannya terhadap SEAX Global dengan membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia. Terlepas dari sisi bisnisnya, Low melimpahkan dana untuk membuat Kebun Binatang Gunung Bayan.
Dikutip dari Tatler Asia, kebun binatang tersebut dibangun untuk menampung hewan liar dengan spesies eksotis yang tergusur akibat aktivitas dekat penambangan batu baranya. Selain memerhatikan lingkungan, ia memberikan program beasiswa ke sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.
Salah satunya adalah donasi untuk beasiswa di Universitas Indonesia dengan biaya sebesar Rp 50 miliar. Dana itu diberikan dalam bentuk Biaya Operasional Pendidikan atau disingkat BOP.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), kepemilikan saham Low Tuck Kwong juga tercatat di emiten kabel PT Voksel Electric Tbk. (VOKS).
Low Tuck Kwong per 7 Desember 2022 diketahu menggenggam sebanyak 329.331.640 lembar saham VOKS. Jumlah itu setara dengan 7,93 persen porsi kepemilikan saham di VOKS.
Ia juga tercatat mengempit saham jasa tambang batu bara PT Samindo Resources Tbk. (MYOH). Berdasarkan data PT KSEI, per 7 Desember 2022, saham yang dimilikinya di MYOH sebesar 14,18 persen atau sebanyak 312.776.250 lembar saham.
Sebelumnya, pada pekan lalu, kapitalisasi pasar emiten batu baranya yakni BYAN berhasil menyalip kapitalisasi pasar PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) pada penutupan perdagangan Selasa, 20 Desember 2022.
Jumlah kapitalisasi pasar BYAN melonjak jadi Rp 543 triliun, di atas kapitalisasi pasar Bank Mandiri yang senilai Rp 464 triliun. Saham pun BYAN merangsek ke posisi ketiga sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar, setelah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) masing-masing dengan nilai Rp 1.047 triliun dan Rp 737 triliun.
Kenaikan posisi saham BYAN milik Low Tuck Kwong ini membuat posisi BMRI turun ke peringkat keempat sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa.
BISNIS
Baca juga: Masih Jadi Orang Terkaya Nomor Satu Versi Forbes 2022, Ini Profil Hartono Bersaudara
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.