TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo telah (Jokowi) resmi mengeluarkan larangan ekspor bauksit mulai Juni 2023. Sejumlah emiten dengan proyek hilirisasi diperkirakan masih akan mampu mendulang cuan.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza C. Suryanata mengatakan selama ini pemerintah sudah merasakan nikmatnya cuan berlipat dari penyetopan ekspor nikel sejak kebijakan hilirisasi diberlakukan.
Nilai ekspor nikel 2021 ketika hilirisasi berjalan US$20,9 miliar. Namun pada 2022, proyeksi nilai ekspor nikel hingga akhir tahun diperkirakan bisa bertambah jadi US$27 – US$30 miliar, atau Rp415 – Rp465 triliun (kurs Rp15,500 per dolar AS), naik 809 persen dari 2017-2018 ketika ekspor disetop hanya mencapai US$3,3 miliar.
“Menimbang potensi keuntungan yang bisa diraih, maka dicanangkanlah proyek hilirisasi berikut pada komoditi tambang lainnya, yaitu bauksit, timah, dan tembaga. Indonesia sebagai negara yang punya cadangan bauksit nomer enam terbesar di dunia jelas punya competitive advantage apalagi tren ke depannya adalah electric vehicle,” ungkap Liza kepada Bisnis, Sabtu 24 Desember 2022.
Liza mengatakan logal bauksit bisa diolah menjadi logam alumina dan aluminium sebagai salah satu komponen baterai EV, sama dengan nikel yang bisa diolah menjadi lithium.
Adapun, kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini baru dipasok oleh PT Inalum yang memproduksi sekitar 25 persen kebutuhan dalam negeri, sedangkan sisanya 75 persen masih impor.
Selanjutnya: meskipun larangan ekspor bisa membuat harga melonjak tapi ...