TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah melonjak karena adanya penurunan persediaan minyak mentah AS. Data Bloomberg pada Kamis, 21 Desember 2022, menunjukkan bahwa harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak Februari berada di atas US$ 78 per barel.
Kenaikan harga minyak tersebut terjadi usai penarikan stok 5,9 juta barel yang dilaporkan oleh Administrasi Informasi Energi membantu membalikkan aksi jual awal bulan ini. Adapun volume perdagangan minyak jeblok ke level terendah sejak Mei 2022 dengan banyak pedagang yang telah pergi berlibur Natal.
Baca: Cina Perlonggar Lockdown, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?
Meskipun harga minak mentah naik, tapi trennya masih turun sejak 2019 karena pengetatan lebih lanjut yang dilakukan oleh sejumlah bank sentral dan berisiko membuat AS dan Uni Eropa jatuh ke dalam resesi.
Selain itu, investor juga melacak dampak pelonggaran pembatasan virus yang keras di Cina, dan peringatan dari Arab Saudi bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) akan tetap proaktif dan preemptive dalam mengelola pasar minyak global.
Berikutnya, ada aktivitas pengiriman minyak lintas laut Rusia yang terguncang pada minggu pertama sanksi Kelompok Tujuh yang menargetkan pendapatan minyak Moskow, potensi sumber alarm bagi pemerintah di seluruh dunia.
Sedangkan di Amerika Utara, TC Energy Corp. menunda pengoperasian penuh pipa Keystone selama seminggu.
Sementara itu, keyakinan konsumen pada ekonomi AS naik untuk Desember 2022 lebih dari yang diperkirakan karena ekspektasi inflasi turun dan harga bensin mendingin. Indeks kepercayaan konsumen melonjak melampaui prediksi analis menjadi 108,3 pada Desember ini turut mempengaruhi pergerakan harga minyak global.
BISNIS
Baca juga: Libur Natal dan Tahun Baru, Pertamina Jamin Stok Bahan Bakar Aman
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.