TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut tantangan ekonomi Indonesia masih terus datang silih berganti. Apalagi, kata dia, sejumlah lembaga internasional pun mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Tantangan yang datang silih berganti merupakan hal tidak mudah," ujarnya dalam seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Hotel Ritz Calton Jakarta, Rabu, 21 Desember 2022.
Baca: Kinerja Ekspor Mulai Tunjukkan Pelemahan, Sri Mulyani: Kita Harus Waspadai
Ia lalu mencontohkan Pembangunan Asia atau ADB yang semula memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,4 persen dan memangkasnya menjadi 5 persen.
"Kemudian OECD dari 5,3 persen menjadi 4,7 persen dan IMF dari 5,3 persen menjadi 5 persen. Tapi semua koreksi masih di angka 4,7 sampai 5 persen," kata Airlangga.
Airlangga mengatakan, Indonesia telah menghadapi ketidaktahuan dan ketidakpastian ekonomi, terutama ketika menghadapi pandemi Covid-19.
Namun, dengan kepemimpinan Presiden Jokowi, Indonesia mampu menghadapi dengan segala kemampuan dan resiliensinya melalui koordinasi di sektor fiskal, moneter, maupun riil.
"Tentu ini menjadi pembelajaran berharga untuk menangani ketidakpastian risiko ke depan," ucap Airlangga.
Sejumlah komitmen pendanaan strategis global
Lebih jauh, Airlangga mengtakan dalam masa kepemimpinan Presiden Jokowi di G20, Indonesia telah mendapat komitmen pendanaan strategis secara global. Di antaranya pandemic fund senilai US$ 1,5 miliar, lalu Special Drawing Right (SDR) dari IMF dalam bentuk resiliensi fund untuk berbagai negara sebesar US$ 81,6 miliar.
Kemudian ada dana untuk mendorong perubahan iklim senilai US$ 100 miliar, komitmen lingkungan dengan memastikan 30 persen daratan dunia dan 30 persen laut dikonservasi di tahun 2030, dan pengurangan degradasi tanah 50 persen pada tahun 2040.
"Dalam G20 juga diselenggarakan Partnership for Global Infrastructure Investment dengan investasi sebesar US$ 600 miliar dan khusus untuk Indonesia ada JETP sebesar US$ 20 miliar," kata Airlangga. Ia juga menyebut Keketuaan ASEAN menjadi penting karena menjadi agenda Indonesia pada 2023.
Baca juga: Rupiah Menguat Tipis di 15.596 per Dolar AS, Analis: Dipengaruhi Pertumbuhan Domestik
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.