TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah menguat tipis 0,01 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Senin, 19 Desember 2022. Data Bloomberg di pasar spot menunjukkan nilai tukar rupiah menguat 1,5 poin ke 15.596 per dolar AS.
Sementara indeks dolar ditutup melemah 0,4 persen ke level 104,39. Tak hanya rupiah yang menguat, tapi juga sejumlah mata uang di Asia Pasifik lainnya.
Baca: Rupiah Menguat di Level Rp 15.598, Ekspor Mampu Topang Ekonomi RI
Beberapa mata uang yang ditutup menguat yakni won Korea Selatan naik 0,38 persen, dolar Singapura 0,28 persen, rupee India 0,26 persen, Hong Kong naik 0,2 persen, dan peso Filipina 0,18 persen.
Sedangkan mata uang kawasan Asia yang melemah pada hari ini adalah baht Thailand 0,12 turun persen, yuan Cina 0,11 persen, dolar Taiwan 0,05 persen, dan ringgit Malaysia 0,04 persen.
Faktor pendorong rupiah menguat
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi membeberkan sejumlah pemicu penguatan rupuah tersebut. Salah satunya adalah adanya kekhawatiran akan potensi resesi dan meningkatnya kasus Covid-19 di Cina membebani sentimen rupiah pada hari ini.
Selain itu, ada faktor ketidakpastian akan pelonggaran pembatasan juga disebut membebani perekonomian Cina. “Sementara negara baru-baru ini mengurangi kebijakan nol-covid yang ketat, negara itu juga menghadapi peningkatan tajam infeksi, yang dikhawatirkan pasar dapat menunda pembukaan kembali secara penuh,” kata Ibrahim dalam riset harian, Senin, 19 Desemner 2022.
Faktor eksternal lainnya adalah adanya kemungkinan Bank of Japan (BoJ) memperketat kebijakan dengan meningkatnya tekanan inflasi. Bank sentral secara umum bakal mempertahankan suku bunga pada tingkat rendah.
Sejumlah pertemuan bank sentral pekan lalu melihat beberapa bank sentral seperti BoE, Federal Reserve AS, dan Bank Sentral Eropa (ECB) telah mengerek suku bunga sebesar 50 basis poin. Sedangkan The Fed dan ECB menyampaikan nada hawkish dengan menjanjikan lebih banyak kenaikan ke depan yang berisiko mengganggu pertumbuhan perekonomian.
Adapun faktor internal yang mempengaruhi penguatan rupiah datang dari kembali tumbuhnya aktivitas usai pandemi Covid-19 disebut telah mempercepat pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal ini turut mendorong kegiatan perekonomian domestik dan ekspor komoditas.
“Meskipun, lajunya akan lebih lambat karena harga komoditas global diperkirakan akan menurun ke depan di tengah meningkatnya ketidakpastian. Sehingga diproyeksikan bahwa ekonomi Indonesia akan menghadapi tantangan ketidakpastian global,” kata Ibrahim.
Di tengah ketidakpastian perekonomian global dan krisis dari berbagai sektor akibat situasi geopolitik, Indonesia berhasil tumbuh 5,72 persen dengan inflasi berada di angka 5,4 persen pada kuartal ketiga tahun 2022.
Lebih jauh, Ibrahim menilai hal terpenting bagi Indonesia adalah menjaga daya beli masyarakat, membuka lapangan kerja seluas-luasnya, dan UMKM masih bergerak cepat. Ia memperkirakan besok rupiah dibuka fluktuatif, tetapi ditutup menguat terbatas di kisaran 15.580 - 15.640 per dolar AS.
BISNIS
Baca juga: RUU PPSK Atur Rupiah Digital hingga Tata Kelolanya, Ini Bunyi Lengkapnya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.