TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan impor beras hanya solusi temporer. Hal ini dikarenakan masalah pangan beras terletak pada biaya input produksi beras yang naik di tingkat petani.
“Impor (beras) tidak bisa jawab masalah di awal 2023 ke depan,” ujar Bhima ketika dihubungi Tempo, Sabtu, 17 Desember 2022.
Bhima mengatakan jika impor menjadi jawaban setiap kali terjadi gejolak harga pangan, hal tersebut akan menurunkan minat petani. “Alhasil, petani akan berpindah ke tanaman lain yang lebih menguntungkan,” kata dia.
Lebih lanjut, beras diperkirakan masih menyumbang inflasi bulan Desember. Hal ini dikarenakan ada jeda antara distribusi beras impor ke harga pedagang di pasar.
Sebagai informasi, sejak Juli 2022, komoditas beras terus mengalami inflasi, meskipun tekanannya semakin melemah di November 2022. Inflasi beras November menunjukkan angka 0,37 persen, turun dari Oktober sebesar 1,13 persen.
Bhima pun menambahkan bahwa inflasi di akhir tahun juga berasal dari faktor seasonal, seperti kenaikan biaya perjalanan selama libur natal dan tahun baru yang ikut mendorong naiknya inflasi.
“Mulai dari masalah pupuk hingga efek naiknya harga BBM juga masih terasa ke kontribusi inflasi pangan di akhir tahun,” tambahnya.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca Juga: Terkini Bisnis: Cerita Pilu Pembeli Apartemen Meikarta, Muhammadiyah Pertanyakan Akurasi Data Beras
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.