Ketiga negara itu, membatalkan impor LNG dari Kilang Bontang sebesar 16 kargo atau 640 ribu ton dan Kilang Arun sebesar 2 kargo atau 80 ribu ton. Saat ini pemerintah baru menyetujui pembatalan untuk 15 kargo elpiji saja, dari Bontang 13 kargo dan Arun 2 kargo LNG.
"Solusi kami sekarang gas yang tidak jadi LNG itu akan dipasok untuk kebutuhan dalam negeri atau dikirim ke Fujian yang seharusnya dari lapangan Tangguh," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro , Jumat (27/3), di Jakarta.
Ia mengatakan untuk kebutuhan dalam negeri saat ini PT Pupuk Iskandar Muda 1 dan 2 memerlukan pasokan gas sekitar 8 kargo. "Saya minta BP Migas kalau kedua perusahaan itu mau, sudah dikasih saja semuanya," katanya.
Soal harga, Purnomo berpendapat tidak akan menjadi masalah karena pemerintah melalui Departemen Keuangan bersedia mengganti selisih gas yang akan menjadi pupuk itu. Saat ini harga gas dari Kilang Arun untuk BUMN pupuk itu sebesar US$ 4,5 per mmBTU (juta British Thermal Unit), sementara harga pasarannya US$ 5 per mmBTU.
Purnomo juga mengatakan kalau Pupuk Iskandar Muda tidak bisa menyerap banyak pupuk maka kelebihannya bisa diekspor. "Yang penting LNG dari kilang itu bisa diserap dan tidak mengganggu lapangan gas," ujarnya.
Selain menjadi pupuk, gas dari Kilang Bontang akan dikonversi menjadi elpiji. "Elpiji dari kilang LNG harus dkonversi supaya dapat menjadi elpiji yang bisa dipakai di domestik," kata Purnomo.
SORTA TOBING