Kesulitan Bulog Menyerap Beras Petani
Bulog mengalami kesulitan dalam menyerap beras dalam negeri lantaran harga gabah sudah lebih tinggi ketimbang harga beli perusahaan sekitar Rp 4.200 per kilogram. Masalah ini bertambah karena stok beras di gudang Bulog makin tipis.
Padahal sesuai fungsinya, Bulog berkewajiban menyalurkan beras untuk mengintervensi pasar pada kondisi tertentu. Misalnya saat harga tinggi Bulog melakukan operasi pasar. Bulog juga menyalurkan beras untuk kejadian luar biasa, seperti bencana gempa di Cianjur baru-baru ini.
Kerena itu, menurutnya, impor merupakan solusi logis mengingat harga beras nasional masih lebih mahal ketimbang di pasar internasional, termasuk di beberapa negara tetangga seperti Filipina dan Thailand.
Hasran mengatakan proses produksi beras Indonesia sendiri belum efisien. Kondisi itu yang menjadikan harga beras dalam negeri lebih tinggi, sementara kualitasnya belum seragam.
Hasran merujuk pada pernyataan Badan Pangan Nasional yang telah memperingatkan bila Perum Bulog tidak bisa menambah stok beras hingga 1,2 juta ton sampai akhir tahun, akibatnya akan sangat berbahaya bagi stabilitas pangan nasional. Dalam jangka yang lebih panjang, CIPS merekomendasikan upaya peningkatan produktivitas pangan dan peningkatan kapasitas petani agar terus dilakukan. Termasuk pengadopsian teknologi pertanian, modernisasi, dan menarik investasi di bidang pangan dan pertanian.
"Proses produksi yang efisien merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya saing beras dalam negeri," kata Hasran.
Baca juga: Persoalkan Data Beras Kementan, Buwas: Saya Cek di Lapangan Enggak Ada
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.