TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berbagi cerita ihwal kunjungan kerjanya ke pertambangan PT Freeport Indonesia, Papua. Dalam sebuah video berdurasi 2 menit 59 detik, Sri Mulyani menyampaikan bahwa dia sedang berada di jalur kereta api bawah tanah. Di lokasi tersebut, setiap menit 10 kereta akan mengangkut berbagai tanah dan mineral untuk dihancurkan, kemudian diambil hasilnya.
“Ini adalah aset Indonesia di mana menurut IUP PT Freeport Indonesia 51 persen dimiliki bangsa Indonesia,” ujar Sri Mulyani dalam video yang dia unggah melalui akun resmi @smindrawati, Selasa, 6 Desember 2022.
Baca: Sri Mulyani Kunjungi Tambang Freeport: Terbesar Milik Indonesia Saat Ini
Sri Mulyani mengatakan bahwa instalasi tersebut dibangun anak-anak Indonesia. Pekerja di sana, kata dia, juga banyak yang merupakan warg Papua. “Bangga sekali melihat mereka bekerja di salah satu aset dan tambang terbesar dan terkompleks di dunia,” ucapnya.
Sri Mulyani pun berharap seluruh pengembangan produksi oleh Freeport Indonesia selalu dilakukan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia—khususnya Papua, memberikan manfaat ekonomi dan sosial untuk Papua dan Indonesia, serta tetap menjaga standar keamanan lingkungan maupun keselamatan kerja.
“Karena ini operasi yang akan memberikan dampak lingkungan dan risiko keselamatan kerja yang luar biasa,” kata dia.
Lebih lanjut dalam keterangan unggahannya, Sri Mulyani mengatakan bahwa setelah tambang terbuka Grasberg selesai beroperasi pada 2020, kini 100 persen operasi penambangan oleh Freeport Indonesia dilakukan di bawah tanah. Tercatat, ada empat blok bawah tanah yang saat ini aktif dikelola perusahaan tersebut, yakni Deep Mill Level Zone (DMLZ), Grasberg Blok Cave (GBC), Big Gossan (BG), dan Kucing Liar (KL).
“Dijelaskan Presiden Direktur Freeport Indonesia, Pak Tony Wenas, seluruh operasi penambangan bawah tanah melalui Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) ini telah berkontribusi sebesar $2 miliar bagi penerimaan negara dan $473 juta bagi penerimaan daerah Papua di tahun 2021,” tulis Mulyani.
Adapun untuk tahun ini, kontribusi diproyeksikan meningkat menjadi $3.85 miliar untuk penerimaan negara dan $676 juta untuk penerimaan daerah Papua dan diperkirakan akan terus meningkat. Menurut Sri Mulyani, dengan seluruh sumber daya yang ada, potensi pendapatan pemerintah mencapai $80 miliar hingga 2041. Angka tersebut terhitung dengan asumsi harga tembaga enilai $4 dan harga emas $1800.
“Hal ini menjadikan Freeport Indonesia salah satu aset sekaligus kontributor besar penerimaan negara yang harus kita jaga bersama,” ujarnya.
Baca: Sri Mulyani Minta Pemda Segera Belanjakan Dana Mengendap: Bukan Asal Habis
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini