TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan setelah restrukturisasi, utang PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk kini telah berkurang hampir 50 persen. Secara equity pun, terjadi penurunan dari minus 5,3 menjadi 1,5.
"Artinya menurun jauh daripada cengkraman hutang dan lainnya," tutur Erick dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR RI pada Senin, 5 Desember 2022.
Baca: Erick Thohir Tak Ingin Warga Miskin Bayar Mahal untuk Akses Air Bersih
Performa perseroan juga dinilai telah membaik. Pada Juni 2022, Erick mengatakan Garuda sudah menciptakan laba sebesar US$ 3,8 juta. Karena itu, Kementerian BUMN akan mendorong Garuda untuk menambah jumlah pesawat seiring dengan membaiknya keuangan perusahaan. Terlebih, Indonesia sebagai negara kepulauan masih membutuhkan tambahan pesawat untuk meningkatkan konektivitas
Adapun penyertaan modal negara atau PMN yang diberikan kepada Garuda pun digunakan untuk mempercepat pengadaan armada Garuda. "Ini dilakukan untuk mempercepat pengadaan pesawat-pesawat terbang yang memang dibutuhkan untuk menanggulangi harga tiket yang cukup naik turun," ucapnya.
Untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara domestik, Ia berujar Indonesia membutuhkan pesawat sebanyak 750 unit. Sementara yang ada saat ini baru berjumlah 550 pesawat. "Peningkatan harus diprioritaskan," kata dia. Ia berharap tahun depan, jumlah pesawat Garuda bisa terus bertambah sehingga bisa melayani kebutuhan masyarakat.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra sempat membeberkan masalah fundamental yang dihadapi perusahaan. Salah satunya adalah biaya sewa pesawat yang sangat tinggi hingga 24,7 persen dari total revenue atau empat kali lipat dari rata-rata industri. Akibatnya, operasionalisasi beberapa rute, khususnya internasional sulit untuk membukukan keuntungan.
Akhirnya Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi secara komprehensif terhadap kegiatan operasional dan keuangan. Program-program korporasi itu, di antaranya mencakup restrukturisasi kontrak pesawat dan menyederhanakan tipe pesawat.
Sementara dari sisi komersial, strategi yang dijalankan meliputi restrukturisasi dan resizing network plan, yang kini berfokus kepada rute domestik dan hanya beberapa rute internasional. Garuda Indonesia juga tengah bersinergi dengan maskapai Citilink.
Ada juga strategi keuangan yang diambil meliputi restrukturisasi keuangan maupun utang, pengendalian keuangan, dan program efisiensi biaya. Perseroan juga sedang mencari alternatif penghimpun dana, serta mengimplementasikan budaya taat asas dan budaya risiko.
Sementara di sisi strategi pendukung, Garuda Indonesia melakukan perbaikan organisasi, diversifikasi portofolio bisnis anak perusahaan, termasuk di dalamnya melakukan likuidasi dan divestasi, dan peningkatan kontribusi pendapatan lainnya di luar pendapatan penumpang.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca: Erick Thohir Dorong Konversi Gas ke Kompor Listrik, Masyarakat Sudah Siap?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini