Hariyadi mengutip data Purchasing Managers Index (PMI) yang angkanya turun sekitar 5,2 persen, meski itu lebih baik daripada Vietnam yang turunnya 4,78 persen. Menurut dia, terjadinya pelemahan itu disebabkan oleh penurunan ekspor yang cukup besar.
“Kecuali makanan, minuman, dan komoditas yang masih tumbuh tapi yang lainnya apalagi yang terkait dengan lifestyle dropnya cukup besar,” tutur dia. “Berikutnya dampaknya terhadap penurunan omset, lalu adanya tendensi pemutusan hubungan kerja (PHK).”
Intinya, kata dia, Apindo melihat bahwa di 2023, permintaan yang terkait dengan lifestyle seperti tekstil, garmen, alas kaki, lalu furniture, atau non pangan itu bakal mengalami penurunan cukup besar. Sehingga omsetnya pun akan ikut turun secara signifikan.
“Sayangnya yang turun ini adalah sektor ekspert, yang padat karya, yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Dan ini yang juga menjadi catatan bagi kita semua bahwa ini Jangan dianggap enteng,” ujar Hariyadi.
Baca: Upah Minimum Ditetapkan, Sepuluh Asosiasi Pengusaha Uji Materiil Permenaker 18 Tahun 2022
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini