Sebanyak 70 persen dari sari sorgum, menurutnya, juga mengandung etanol yang bisa diolah menjadi bahan bakar. Tak hanya itu, ia mengatakan sorgum bisa jadi alternatif untuk bahan bakar penyeimbang batu bara. Karena itu, ia menilai pengembangan sorgum juga akan membantu pemerintah mencapai target nol karbon pada 2060 secara bertahap.
Pengembangan sorgum kini telah dirintis oleh Menteri Pertanian. Dimulai dari Nusa Tenggara Timur seluas 15 ribu hektar pada tahun ini. Kemudian akan meluas secara bertahap sampai 200 ribu hektar
"Saya sudah diberikan akses 10 persennya, berarti 1 juta ton itu kurang lebih ada 200 ribu hektar. Nah ini nanti petani akan menanam," kata dia.
Sementara itu, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adie mengatakan pihaknya ingin menunjukan keanekaragaman konsumsi pangan. Bapanas juga menyatakan akan terus mengenalkan dan meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap sumber pangan alternatif berbahan dasar sorgum.
Sebagai sumber pangan alternatif, ia menilai sorgum memiliki manfaat, nilai gizi, dan rasa yang sangat baik dan tidak kalah dari nasi dan sumber karbohidrat lainnya.
“Sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia serta dapat dihilirisasi dan diolah menjadi berbagai produk makanan sebagai sumber energi dan gizi masyarakat,” ucapnya.
Dalam acara itu, Bapanas juga membagikam makanan berbahan sorgum, seperti nasi goreng sorgum kepada masyarakat yang datang di lokasi CFD. Arief mengatakan sosialisasi sorgum sebagai sumber pangan pengganti nasi dan gandum juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Presiden meminta agar sumber-sumber pangan lokal terus dikembangkan, sehingga mengurangi ketergantungan pada satu jenis komoditas pangan tertentu.
"Pak Presiden juga meminta agar kemandirian pangan di setiap daerah di berbagai wilayah Indonesia terus diperkuat," tuturnya.
Baca Juga: LPEI Persiapkan UMKM Kuliner Tembus Pasar Ekspor
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.