TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu agen pengecer kedelai bercerita kepada Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas soal subsidi yang tidak sampai di tangannya. Subsidi yang ia maksud adalah bantuan dari pemerintah kepada perajin tempe dan tahu untuk menambal selisih harga kedelai yang melambung lantaran krisis pangan.
“Dari Mei-Desember, kami enggak kebagian subsidi, Pak. Sementara itu di lapangan, yang dapat subsidi dan enggak ini perang harga di pasar. Ditambah lagi, banyak KOPTI (Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia) yang berhak menyalurkan subsidi, padahal kami ini pedagang eceran sama-sama cari makan,” ujar pengecer kedelai yang tidak mau menyebutkan namanya itu pada Sabtu, 3 Desember 2022, di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Zulhas pun merespons masalah itu terjadi karena adanya ketidakpahaman perihal peraturan pemberian subsidi. Menurut Zulhas, subsidi kedelai diberikan kepada para pengusaha yang memenuhi syarat.
Baca: Soal Indonesia Kalah di Gugatan WTO, Energy Watch: Ini Sumber Daya Kita, Lawan!
Misalnya, untuk mendapatkan subsidi Rp 1.000 per kilogram kedelai, pelaku usaha kudu membuat Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP). Sementara itu untuk membuat SIUP, perlu mengeluarkan uang Rp 1 juta.
“Lha ngurus itu (SIUP) saja satu juta, subsidinya Rp 1.000. Kalau dia cuma 500 kilogram, berarti Rp 500 ribu. Ya enggak masuk (subsidi). Kemudian yang dapat subsidi harus melalui koperasi, namanya KOPTI, lha terus gimana, enggak semua ke koperasi?” ucap Zulhas.
Metode Pemberian Subsidi Kedelai Diubah
Meski begitu, saat ini, Zulhas menuturkan metode pemberian subsidi sudah diubah oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Jokowi, kata Zulhas, memerintahkan Bulog untuk melakukan impor kedelai sebanyak 350 ribu ton dai Amerika Serikat--namun barangnya belum sampai.
Dengan demikian, subsidi akan langsung dilakukan melalui Bulog. Zulhas mencontohkan, jika harga beli kedelai Rp 11 ribu, Bulog akan menjual Rp 10 ribu per kilogram. Jadi, perusahaan umum itu tidak akan mengambil untung.
“Jadi subsidinya langsung, enggak pilih-pilih lagi, siapa yang beli kedelai dapat subsidi kedelai,” tutur dia.
Lebih lanjut, Zulhas menuturkan, subsidi akan diberikan melalui mekanisme tertentu. Misalnya, melalui agen Bulog. “Jadi yang sudah biasa ada agen, nanti akan diberikan subsidi itu langsung. Kalau per orang ke Bulog semua ya Bulog diserbu ya enggak bisa dong, nanti terjadi panic buying,” kata Zulhas.
Baca juga: Sejumlah Risiko Jika Indonesia Kalah Banding Larangan Ekspor Nikel di WTO
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini .