TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi per November 2022 sebesar 5,42 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy), atau turun dari posisi Oktober 2022 sebesar 5,71 persen.
"Dari hasil pantauan kami di 90 kota IHK (Indeks Harga Konsumen) yang kita pantau harga-harganya, terdapat tekanan inflasi yang melemah pada November 2022 ini secara year-on-year," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers secara daring, pada Kamis, 1 Desember 2022.
Baca: Hadapi Gejolak Ekonomi Global, Jokowi: APBN 2023 Fokus pada 6 Kebijakan
Setianto menjelaskan sejumlah komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara tahunan itu antara lain bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, rokok, beras, telur ayam ras, dan tarif angkutan dalam kota.
Inflasi tertinggi di Tanjung Selor
Adapun untuk wilayah pulau Sumatera, inflasi tertinggi terjadi di Bukittinggi sebesar 7,01 persen. Lalu di pulau Kalimantan dan Jawa, inflasi tertinggi ada di di Tanjung Selor sebesar 9,2 persen dan di Jember sebesar 7,76 persen.
Berikutnya inflasi tertinggi di pulau Bali dan Nusa tenggara terdapat di Kupang sebesar 7,3 persen, lalu di pulau Sulawesi terdapat di di Kota Parepare degngan inflasi 7,11 persen dan inflasi tertinggi di Pulau Maluku dan Papua terdapat di Kota Jayapura sebesar 6,81 persen.
"Inflasi tertinggi inflasi di Tanjung Selor karena tarif angkutan udara, bensin, bahan bakar rumah tangga, serta cabai rawit," kata Setianto.
Bila dilihat secara bulanan, inflasi per November 2022 tercatat sebesar 0,09 persen (month-to-month/mtm). Adapun penyumbang utama inflasi bulanan itu adalah perawatan pribadi, telur ayam, rokok kretek filter, tomat, emas perhiasan, beras, tempe, dan tahu mentah. Jika dilihat dari sebaran inflasi menurut wilayah, 62 dari 90 kota IHK mengalami inflasi pada November 2022.
Selanjutnya: Setianto memaparkan harga komoditas beras ...