TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengklaim stok beras di Kementeriann Pertanian (Kementan) masih surplus. Sehingga, kata dia, pemerintah tidak perlu melakukan impor beras.
“Hanya, sekarang masalahnya itu beras ada di tempat masing-masing. Ada di pedagang, ada di rumah tangga,” ujar Zulhas ketika ditemui wartawan di The Westin Hotel Jakarta, Selasa, 29 November 2022.
Zulhas berujar, persediaan beras di Bulog tidak boleh kurang dari 1,2 juta ton. Lantaran belum terpenuhi, Zulhas mengatakan pemerintah bakal mempersiapkan cadangannya. Salah satunya melalui pembelian di luar negeri. Kendati begitu, dia menampik keputusan untuk impor dan belum mengeluarkan perizinan untuk kebijakan ini.
Baca: Kementan Beberkan Penyebab Harga Beras Naik Meski Stok Melimpah hingga 1,8 Juta Ton
“Tapi kita enggak impor. Belum masukkan (izin impor),” ujar Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Zulhas mengaku masih memberi waktu kepada Kementan dan Bulog untuk memastikan kecukupan stok beras, setidaknya dalam waktu enam hari setelah rapat dengar pendapat di DPR, 23 November lalu. Jika pada akhirnya cadangan tidak tercukupi, Zulhas bakal segera meneken izin impor.
“Memang kita enggak boleh main-main. Memang harus ada. Ya kita harus beli, harus masuk agar stoknya cukup,” ujar Zulhas.
Sementara itu, Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mendesak pemerintah untuk segera melakukan impor beras. Sebab, saat ini pasokan beras dari daerah-daerah sudah tidak ada dan stoknya hanya dipasok oleh Bulog.
Ketua Koperasi PIBC Zulkifli Rasyid mengatakan pasokan beras saat normal ke PIBC biasanya mencapai 2.500-3.000 ton per hari. Namun, saat ini pasokan makin menipis yang mengakibatkan terkereknya harga beras medium.
“Sedangkan kondisi saat ini, sudah hampir 10 hari yang lalu saya mengajukan ke Bulog untuk dipasok 500 ton saja, sekarang yang baru dikeluarkan 150 ton. Berarti permintaan kami tidak tercukupi oleh Bulog. Maka, harus diambil langkah untuk impor,” ujar Zulkifli Rasyid dalam webinar Polemik Menimbang Impor Beras di Tengah Klaim Surplus, Selasa, 29 November 2022.
Dia mengatakan, tren harga beras sejak Agustus hingga sekarang terus melonjak. Pada Agustus, harga beras jenis medium hanya Rp 8.300 dan paling mahal Rp8.400 per kilogram. Namun, saat ini beras medium sudah tembus Rp 9.200 per kilogram.
“Di luar (PIBC) saja sudah ada yang harganya Rp 12-14 ribu per kilogram. Kami sebagai pelaku pasar mempertanyakan bagaimana pemerintah mencukupi untuk menyuplai beras. Sebab, PIBC ini adalah barometer untuk seluruh Indonesia. Ketika PIBC menyebut pasokan beras kurang, itu akan otomatis mempengaruhi pasar-pasar yang lain,” tutur Zulkifli.
BISNIS
Baca juga: Dampak Harga Beras Naik: Penjualan Melambat hingga Warteg Kurang Porsi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini