Ibrahim menyatakan kurs rupiah masih melemah karena terpicu sentimen memburuknya kondisi Covid-19 di Cina.
Faktor pemicu rupiah melemah
Saat ini, negara tirai bambu tersebut tengah menghadapi rekor tertinggi dalam kasus Covid-19 harian yang mendorong pemerintahnya menerapkan kembali pembatasan ketat di beberapa kota besar.
Faktor eksternal lain yang membuat rupiah melemah adalah risalah pertemuan The Fed per November yang menunjukkan bank sentral tengah mempertimbangkan laju kenaikan suku bunga tahun ini.
Pasar juga mengharapkan bank untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada Desember, meskipun kenaikan suku bunga selanjutnya ditentukan oleh inflasi AS.
Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah kinerja pemulihan ekonomi yang terus berjalan dan cukup kuat di tengah pandemi Covid-19. Pemulihan ini salah satunya ditopang oleh kinerja ekspor.
"Dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi, akan membawa aliran dana asing kembali masuk ke pasar finansial dalam negeri sehingga akan berdampak terhadap penguatan nilai mata uang rupiah," ujar Ibrahim dalam risetnya.
BISNIS
Baca juga: 1 Riyal Qatar Berapa Rupiah? Begini Penjelasan Cara Hitungnya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini .