TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengikuti prosesi pemberian marga Batak. Dia diangkat sebagai anak dalam upacara adat Mangain Anak dan Mangalahat Horbo di Samosir, Sumatera Utara.
Dengan anugerah tersebut, mantan bos Inter Milan itu menyandang Putra Tomok dari Samosir dengan nama Erick Thohir Sidabutar. Erick menyatakan pemberian nama marga Batak ini sebuah kehormatan.
“Ini menjadi kehormatan bagi saya untuk diangkat sebagai anak keluarga besar Harry Boss Sidabutar menjadi bagian dari Bangso Batak,” ujar dia lewat keterangan tertulis pada Ahad, 27 November 2022.
Upacara pemberian marga Batak itu bertepatan dengan diselenggarakannya Festival Tao Toba Heritage di Hotel Lopo Samosir. Festival ini mengajak warga mengekspolrasi Danau Toba (Tao Toba) dalam satu hari penuh dengan pelbagai acara, seperti cultural experience, festival musik, pameran UMKM, serta bersepeda santai dan kunjungan ke Toba Heritage.
Baca: Jokowi dan MBZ Resmikan Masjid Raya Solo , Erick Thohir: Semoga jadi Ladang Pahala
“Saya berharap, tali persaudaraan ini, seperti yang disampaikan oleh Opung Adian Napitupulu, dan tulang saya, Tulang Mustar Manurung, persaudaraan adalah bukan pada saat kesenangan. Tapi juga pada saat kesusahan,” kata dia.
Erick Thohir Ingin Perbedaan Jadi Kekuatan
Erick pun mengajak masyarakat menjadikan perbedaan suku bangsa, budaya, dan letak geografis yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau sebagai sebuah kekuatan. “Jangan pernah bertanya siapa kita. Karena kita adalah campuran dari berbagai suku bangsa di Indonesia,” ucap dia. Erick Thohir melanjutkan, yang harus ditanyakan adalah apa yang sudah diperbuat bagi bangsa kita.
Menurut dia, masyarakat Indonesia wajib membuat keberagaman menjadi sebuah kekuatan. “Jangan selalu menjadi pertanyaan, yang terus dipertanyakan ketika kita ingin terjadi konflik,” tutur Erick.
Dia juga mengajak warga Samosir mengingatkan kembali nasib negara-negara besar yang terpecah belah karena tidak mampu memperkuat persatuan dari keberagaman yang dimiliki. Salah satunya Yugoslavia yang kini menjadi beberapa negara Balkan.
“Yugoslavia, presidennya Josip Broz Tito, adalah sahabat presiden pertama kita, Presiden Soekarno. Akibat banyak dorongan, akhirnya terpecah menjadi berbagai negara. Sama juga dengan Suriah yang negaranya terpecah. Itu tidak menguntungkan,” ujar Erick.
Erick melanjutkan, dari sisi ekonomi, Indonesia memiliki potensi cerah. Namun, potensi itu akan terganggu apabila negara terjerumus pada perpecahan yang dapat menekan percepatan pertumbuhan ekonomi.
“Tidak mungkin perekonomian tumbuh jika Indonesia gonjang–ganjing. Padahal pertumbuhan ekonomi itulah yang menciptakan lapangan pekerjaan. Ini yang harus kita jaga,” kata dia.
Erick mengimbuhkan, momentum pemberian penghargaan Suku Bangsa Batak pun sekaligus menjadi pengingat perlunya kerja keras. “Bangsa Batak itu pekerja keras. Mereka selalu ingin agar penerusnya dapat hidup lebih baik. Itu merupakan sebuah kultur yang luar biasa,” ucap Erick Thohir.
Baca juga: Gempa Cianjur, Klaim Asuransi Berpotensi Mencapai Rp 38,4 Triliun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini .