TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo blak-blakan menjelaskan bahwa pihaknya selama ini berupaya semaksimal mungkin agar bisa menstabilkan nilai tukar rupiah. Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 21 November 2022.
“Kami terus lakukan langkah mati-matian untuk melakukan stabilisasi nilai tukar agar imported inflation tidak terlalu tinggi, stabilitas moneter dan keuangan terjaga, kondisi korporasi juga baik,” kata Perry.
Baca: 4 Penyebab Kurs Rupiah Masih Melemah di Rentang 15.600-an per Dolar AS
Rupiah ditutup di level 15.628 per dolar AS pada akhir perdagangan Senin, 21 November 2022, atau melemah 0,13 persen atau 20 poin ketimbang akhir pekan lalu.
Depresiasi rupiah dibanding mata uang lain
Dalam catatan BI, kata Perry, nilai tukar rupiah hingga 16 November 2022 telah terdepresiasi hingga 8,6 persen. Meski begitu, penurunan kurs itu masih lebih rendah ketimbang mata uang negara lainnya.
Untuk menopang stabilitas nilai tukar rupiah tersebut, Perry menjelaskan, bank sentral melakukan intervensi pasar. Akibatnya, cadangan devisa Indonesia turun cukup signifikan hingga kuartal ketiga tahun 2022.