TEMPO.CO, Jakarta - Hingga akhir perdagangan Jumat lalu, 18 November 2022, rupiah melemah 0,14 persen ke level 15.684 per dolar AS. Namun nilai tukar rupiah berpotensi menguat pada akhir tahun dan pada awal 2023.
Potensi penggalangan dana di pasar modal melalui initial public offering (IPO) dan right issue serta perlambatan kenaikan suku bunga menjadi pendorong pergerakan rupiah.
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip mengemukakan kebijakan Bank Indonesia untuk kembali menaikkan suku bunga acuan pada rapat dewan gubernur (RDG) 16—17 November 2022 membuat posisi real interest rate Indonesia makin baik di tengah tekanan inflasi yang semakin berkurang.
“Ini akan menjadi daya tarik bagi investor institusional asing untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia,” katanya, Sabtu, 19 November 2022.
Sunarsip juga memperkirakan aktivitas penerbitan efek di pasar modal, baik melalui initial IPO dan right issue, masih berlanjut hingga akhir tahun. Perkembangan emisi efek akan menjadi momentum bagi investor asing untuk masuk ke pasar dalam negeri sehingga menambah pasokan valuta asing.
Berdasarkan laporan Bursa Efek Indonesia, terdapat potensi Rp46,9 triliun dana dari IPO dan Rp39,4 triliun dari rights issue dalam pipeline penerbitan pada sisa akhir tahun ini dan pada 2023.
Surnarsip mengatakan terdapat beberapa dari emiten ternama yang berada dalam antrean tersebut, seperti rights issue PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) dengan target dana Rp4,23 triliun dan rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) senilai Rp3 triliun.
“Kehadiran big name yang berkinerja baik dalam aktivitas bursa seperti ini penting untuk memberikan confidence bagi investor institusional asing terhadap pasar modal dan pasar keuangan Indonesia,” katanya.