TEMPO.CO, Nusa Dua - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) melihat krisis global yang terjadi karena ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina akan memperburuk kondisi ekonomi pada 2023. Krisis energi hingga pangan yang terus berlanjut berpotensi mendorong negara-negara maju jatuh ke jurang resesi sehingga perekonominan dunia terkontraksi pada tahun depan.
Efek ini pun bakal memukul negara berkembang dan miskin. Senior Resident Representative IMF Indonesia James P. Walsh mengatakan ada tiga dampak invasi Rusia ke ekonomi global yang perlu diwaspadai.
Dampak invasi Rusia
"Yang pertama adalah pemulihan ekonomi karena pandemi Covid-19 terlambat di seluruh dunia," kata Walsh yang hadir secara virtual dalam acara Tempo Economic Forum, Jumat petang, 18 November 2022.
Baca: Dukung RI Pensiunkan PLTU Batu Bara, Bank Dunia: Kita Seharusnya Kembali ke EBT
Kedua, perang yang tak berhenti meletus bakal mendorong kenaikan harga pangan dan bahan bakar di seluruh dunia. Kondisi ini akan menyebabkan ketatnya likuiditas negara-negara di Eropa. Sehingga, pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju lebih lambat dari yang diperkirakan.
Ketiga, ketegangan geopolitik akan menyebabkan laju inflasi tak terkendali. IMF pun memprediksi tahun depan akan menjadi situasi yang sangat menantang. "Ini akan menjadi waktu yang menantang bagaimana pembuat kebijakan mengorkestrasi kebijakannya dengan melihat inflasi tahun depan. Ini posisi yang sangat sulit," ujar Walsh.
Walsh melanjutkan, lembaganya akan mencermati ketidakpastian volatilitas pasar keuangan pada akhir tahun. Kondisi ekonomi global akhir tahun nanti akan turut menentukan kondisi ekonomi yang dirasakan negara-negara di dunia pada Januari 2023.
Meski demikian, IMF melihat kondisi Indonesia lebih baik ketimbang negara-negara lain. Banyak negara mengalami masalah sosial yang lebih sulit dan merasakan eskalasi kenaikan harga pangan yang sangat tinggi.
Senada dengan Walsh, World Bank Country Director for Indonesia and Timor-Leste Satu Kahkonen menuturkan lembaganya juga berkonsentrasi pada ancaman resesi 2023. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan akan termoderasi, salah satunya karena krisis energi.
Selanjutnya: "Ini menjadi tantangan dan situasi ini ..."