Kenaikan suku bunga acuan itu, kata Perry, juga untuk memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 2-4 persen lebih awal yaitu ke paruh pertama tahun 2023. Selain itu, suku bunga dinaikkan agar bisa memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Dengan begitu, Perry berharap, rupiah bisa sejalan dengan nilai fundamentalnya meski mata uang dolar AS menguat dan ada ketidakpastian pasar keuangan global. "Di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat," ucap Perry.
BI akan tetap di pasar
Untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah, Bi akan tetap berada di pasar sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas. Selain itu, BI juga melanjutkan penjualan atau pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) sebelumnya memperkirakan pelemahan rupiah dan mata uang lainnya di Asia kemarin karena adanya outlook kenaikan suku bunga bank sentral AS. Empat pejabat The Federal Reserve yang menjadi anggota Federal Open Market Committee (FOMC), pada acara terpisah kemarin, menyebutkan dukungan kenaikan suku bunga sebesar 0,50 persen untuk Desember mendatang.
Meski hal itu sebelumnya sudah diprediksi secara umum, dan sempat menopang naik dolar AS, tapi tak berlangsung lama. "The Fed nampaknya akan menaikkan suku bunga dengan tidak seagresif empat pertemuan sebelumnya, tetapi menargetkan tingkat suku bunga serendahnya 5,0 – 5,25 persen pada pertengahan 2023,” tulis Tim Riset MIFX, Jumat, 18 November 2022.
Sementara itu, analis dari PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kondisi pasar dalam negeri saat ini berjalan positif, namun terdapat permasalahan eksternal yang masih menghantui Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dan kurs rupiah. Ia bahkan memprediksi kurs rupiah bisa menembus Rp 16.000 per dolar AS pada November ini.
“Setelah melihat situasi dan kondisi saat ini, kalau saya katakan, di bulan November ini rupiah Rp 16.000 sangat mungkin terjadi,” kata Ibrahim, Kamis, 17 November 2022. Apabila rupiah melemah ke level Rp 16.000, kemungkinan besar IHSG akan melaju di bawah 7.000.
ANTARA | BISNIS
Baca juga: Rupiah Melemah ke 15.537 per USD, Pasar Soroti Pernyataan Joe Biden soal Rudal di Polandia
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.