CEO Grup GoTo Andre Soelistyo secara langsung memaparkan proses pengambilan keputusan itu kepada media. Ia mengungkapkan latar belakang pemecatan adalah kondisi makro ekonomi global berdampak signifikan pada bisnis GoTo. "Seperti layaknya perusahaan besar lainnya, perlu beradaptasi untuk memastikan kesiapan Perusahaan menghadapi tantangan ke depan,"
Efisiensi dilakukan demi mendorong kemandirian finansial perusahaan. Harapannya, perusahaan terus membantu jutaan konsumen, mitra pengemudi dan pedagang di ekosistem GoTo, melalui pertumbuhan sehat dan berkesinambungan.
GoTo mengaku banyak melakukan evaluasi optimalisasi beban biaya secara menyeluruh, termasuk penyelarasan kegiatan operasional, integrasi proses kerja, dan melakukan negosiasi ulang berbagai kontrak kerja sama. Pada akhir kuartal kedua 2022, perusahaan telah menghemat biaya struktural Rp 800 miliar dari berbagai aspek seperti teknologi, pemasaran dan outsourcing.
Namun, optimalisasi itu dinilai belum cukup memperkuat keuangan perseroan. Per Agustus 2022 lalu, kerugian GoTo naik karena penyesuaian rugi sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi menjadi Rp 4,14 triliun. "Padahal pada periode serupa tahun lalu, angka kerugian pro-forma sebesar Rp 3,9 triliun."
GoTo memutuskan untuk fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali perusahaan agar mampu lebih jauh bernavigasi di tengah kondisi ekonomi global. Lini bisnis yang akan difokuskan adalah tiga layanan inti, yakni on-demand, e-commerce dan financial technology. Pasalnya, pertumbuhan ketiga lini bisnis itu dinilai paling konsisten. Langkah-langkah itu diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan dan kemandirian bisnis GoTo secara sustainable dalam jangka panjang.
"Keputusan sulit ini tidak dapat dihindari supaya Perusahaan lebih agile dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan sehingga terus memberikan dampak positif bagi jutaan konsumen, mitra pengemudi, dan pedagang."
RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini