TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara Darmawan Prasodjo menilai bahwa masalah transisi energi bukan soal investasi pada energi terbarukan. Peminatnya banyak dan dananya berlimpah dengan adanya pembiyaan hijau dan sebagainya. "Tantangan terbesarnya adalah aset terlantar," katanya kepada Tempo di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim Ke-27 (COP27) di Sharm El Sheikh, Mesir, Rabu, 9 November lalu.
Menurut Darmawan, PLN sudah banyak berinvestasi di pembangkit listrik. Transisi energi membutuhkan pengurangan pembangkit berbasis fosil seperti pembangkit listrik tenaga uap berbasis batu bara. Pemerintah juga sudah mencanangkan untuk menguranginya secara bertahap.
Namun, pembangkit ini tidak mudah ditutup dan menjadi aset terlantar. Ada kontrak jangka panjang yang harus dihormati PLN. Penutupan juga punya konsekuensi legal dan fiskal. "Inilah yang kami petakan," katanya.
Darmawan ditunjuk menjadi direktur untuk membenahi PLN. Ketika menjadi Wakil Direktur Utama PLN, dia memimpin proses digitalisasi di perusahaan listrik negara itu. Saat menjadi dirut PLN, dia melanjutkan dengan penataan organisasi.
Apa saja yang dilakukan Darmawan di PLN? Apa visinya tentang transisi energi, mobil listrik, dan perubahan iklim?
Baca selengkapnya wawancaranya di Majalah Tempo edisi pekan ini: Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo: Saya Ini Teknokrat, Corporate Man