TEMPO.CO, Nusa Dua - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan panjang lebar soal proses Indonesia memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 hingga mencapai kesepakatan. Dia mengakui lobi di tingkat menteri keuangan yang berjalan setelah invasi Rusia ke Ukraina sangat alot, bahkan tidak mencapai komunike hingga akhir.
"Pada level menteri, paragraf tentang perang tidak mencapai kesepakatan," kata Sri Mulyani di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Rabu, 16 November 2022.
Paragraf yang disebut Sri Mulyani adalah poin ketiga dalam draf deklarasi KTT G20 Presidensi Indonesia. Dalam paragraf itu disinggung bahwa negara-negara G20 mengecam invasi Rusia ke Ukraina karena menyebabkan dampak ekonomi yang mendalam.
Baca: Mekanisme Transisi Energi Disahkan, Sri Mulyani: Platform Kunci untuk Perubahan Iklim
Perang telah mengakibatkan penderitaan yang luar biasa dan memperburuk kerentanan ekonomi global. Perang juga berimbas pada melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, meningkatnya laju inflasi, mengganggu rantai pasok, meningkatkan kerawanan energi dan pangan, serta meningkatkan risiko terhadap stabilisasi keuangan.
Sri Mulyani bercerita, upaya untuk mencapai komunike sebelum dan sesudah serangan Rusia sangat berbeda. Sebelum agresi terjadi, Kementerian Keuangan telah menggelar pertemuan tingkat menteri sebanyak tujuh kali dan mencapai kesepakatan.
"Setelah itu, tidak berhasil komunike yang chair summary yang menggambarkan sesudah dan sebelum perang itu perbedaannya sangat lebar. Selama perjalanan Februari sampai kemarin, total pertemuan ada 8 dalam satu tahun," kata Sri Mulyani.
Di tingkat menteri dan deputi masing-masing negara, selama sembilan bulan sedari Februari, bendahara negara dan para stafnya di Kementerian Keuangan harus melobi hingga total seratus kali.
Selanjutnya: "Apa itu artinya, selama proses negosiasi ..."