Defisit dengan Australia mencapai US$ 533,8 juta dengan komoditas utama serealia, bahan bakar mineral, dan binatang hidup. Lalu defisit dengan Brasil sebesar US$ 314 juta dengan komoditas utamanya ampas dan sisa industri makanan, gula dan kembang gula, serta daging hewan.
Adapun defisit dengan Korea Selatan senilai US$ 183,8 juta dengan komoditas utama mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, dan besi baja.
Secara umum, neraca perdagangan barang Indonesia secara kumulatif pada Januari-Oktober 2022 mengalami surplus US$ 45,52 miliar. Angka tersebut melonjak 47,32 persen ketimbang periode serupa pada tahun sebelumnya.
"Jadi total surplus pada periode Januari-Oktober 2022 ini sudah lebih besar dari total surplus neraca perdagangan sepanjang 2021 yang angkanya US$ 35,42 miliar," kata Setianto.
Bila ditelisik lebih rinci, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit dengan 11 negara anggota G20, dengan tiga besar di antaranya adalah Australia, Cina, dan Arab Saudi. Meski begitu, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus dengan beberapa negara anggota G20 lainnya yakni Amerika Serikat, India, dan Uni Eropa.
ANTARA
Baca juga: Gelombang PHK, BPS Catat Industri Tekstil Kehilangan 50 Ribu Pekerja
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini