TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus. Per Oktober 2022, surplus perdagangan mencapai US$ 5,67 miliar dengan rincian nilai ekspor US$ 24,81 miliar dan impor US$ 19,14 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, surplus perdagangan barang itu terjadi selama 30 bulan berturut-turut. "Sejak Mei 2022," ujarnya dalam konferensi pers virtual, di Jakarta, Selasa, 15 November 2022. Surplus terbesar yang dicatat Indonesia adalah dengan tiga negara yaitu India, Amerika Serikat, dan Cina.
Dengan India, kata Setianto, surplus perdagangan Indonesia mencapai US$ 1,69 miliar. Adapun dengan komoditas utama penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.
Baca: Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Sedikit Melambat, Siklus Akhir Tahun?
Sementara dengan Amerika Serikat, Indonesia mencetak surplus US$ 1,28 miliar. Komoditas utama penyumbang surplus tersebut adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, lemak dan minyak hewan nabati, dan alas kaki.
Berikutnya, surplus perdagangan RI dengan Cina senilai US$ 1,04 miliar. Adapun komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewan nabati.
Sedangkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit dengan tiga negara utama yakni Australia, Brasil, dan Korea Selatan.
Selanjutnya: Defisit dengan Australia mencapai US$ 533,8 juta ...