TEMPO.CO, Nusa Dua -Indonesia Investment Authority atau INA telah menggandeng Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) dan CMB International Capital Corporation Limited (CMBI) untuk membentuk green fund atau pendanaan hijau. Ketiga pihak tersebut menandatangani nota kesepahaman atau MoU untuk investasi, pembentukan skema pendanaan, sampai kerja sama di bidang lainnya.
“Nota kesepahaman ini merupakan bagian dari perjalanan dan komitmen kami dalam mendukung keberlanjutan dan komitmen Indonesia terhadap perjalanan net zero emission," kata Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah di Nusa Dua, Bali, Senin, 14 November 2022.
Green fund akan difokuskan untuk membangun ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir, terutama di Indonesia. Ridha mengatakan green fund adalah bentuk dukungan keberlanjutan dan komitmen Indonesia mencapai target target netral karbon pada 2060.
"Green Fund akan menjadi platform khusus untuk menangkap peluang investasi dalam ekosistem EV yang sedang berkembang," ucap Ridha.
Melalui pembentukan green fund, dana untuk membangun ekosistem kendaraan listrik ditargetkan terkumpul senilai US$ 2 miliar. Selanjutnya, untuk menghimpun dana, ketiga pihak akan memanfaatkan keunggulan Indonesia sebagai pusat bahan baku berkelanjutan, pasar domestik, jaringan, dan sumber daya.
Dana hijau diyakini dapat memberikan imbal hasil jangka panjang dan berkelanjutan yang menarik bagi para investor. Ridha melanjutkan, perkembangan pasar EV ini digadang-gadang bakal menghadirkan peluang triliunan dolar di seluruh rantai nilai ekosistem motor listrik.
"Pasar EV global telah menunjukkan pertumbuhan yang eksponensial selama beberapa dekade terakhir dan momentum ini diperkirakan akan terus meningkat, didorong oleh meningkatnya kesadaran lingkungan dan kemajuan teknologi," ucap Ridha.
Indonesia, tutur dia, strategis untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasokan kendaraan listrik global karena memiliki seperempat dari cadangan nikel dunia-yang merupakan bahan utama dalam produksi baterai. Dia berharap Indonesia dapat menjadi pusat nikel global dengan 50 persen nikel yang dimurnikan (refined nickel) dunia akan dipasok oleh Indonesia pada 2030.
"Elektrifikasi merupakan alternatif menarik untuk energi konvensional, mengurangi dampak lingkungan sekaligus memasuki pasar yang berpotensi untuk terus tumbuh," katanya.
Baca Juga: Dilanda Banjir Besar, Malaysia Cari Dana PBB untuk Adaptasi Perubahan Iklim
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini