TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meyakinkan para pengusaha dunia bahwa situasi Indonesia jauh berbeda dengan kondisi masa lalu. Berbicara di B20 Summit, ia menyebut Indonesia kini menunjukkan perubahan besar dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan capaian investasi yang terus menanjak.
"Jika ada negara yang melihat Indonesia atau mungkin pebisnis melihat Indonesia seperti 8 tahun yang lalu, lupakan saja. This is Indonesia, this is new Indonesia," kata Luhut dalam B20 Summit di Nusa Dua, Bali, Ahad, 13 November 2022.
Baca: Luhut Sebut Tak Apa Jika G20 Tak Hasilkan Komunike, Ekonom: Paling Gelap Sepanjang Sejarah
Kinerja makro ekonomi, kata Luhut, menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang kuat. Indonesia mencapai pemulihan ekspor tertinggi sebesar US$ 292 miliar hingga Oktober 2022. Angka ini meningkat dari 2021 dengan capaian nilai ekspor US$ 219 miliar.
Selain itu, Indonesia menjukkan ketahannya terhadap sektor eksternal dengan mempertahankan neraca berjalan yang tumbuh 0,29 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dari sebelumnya -0,42 persen.
"Surplus 0,29 persen dari PDB ini tidak pernah terjadi dalam sejarah kita dan kita selalu surplus dalam 29 bulan terakhir bahkan selama Covid-19," ucap Luhut.
Kondisi ekonomi yang membaik juga ditunjukkan dengan capaian inevstasi yang tumbuh dari kuartal per kuartal. Dengan demikian dalam lima tahu terakhir, ia mengklaim capaian-capain ini membawa ekonomi Indonesia pada kondisi yang lebih baik.
Luhut kemudian mengajak para investor untuk datang ke Indonesia. Dia mengungkapkan Indonesia tengah mengupayakan nilai tambah pada ekonominya dengan tidak lagi mengandalkan komoditas mentah. Sebab, Indonesia sedang mengejar upaya mencapai hilirisasi industri, terutama di sektor pertambangan. Ia mencontohkan pemanfaatan nikel sebagai bahan baku litium baterai.
Pengelolaan sumber daya alam , kata Luhut, membuat Indonesia bisa menekan tingkat korupsinya dan mendongkrak penerimaan negara. "Industri lokal juga tumbuh," katanya.
Selain itu, Indonesia tengah mendorong transisi energi dan menggali sektor-sektor ekonomi hijau. Dia meyakini transisi ke sektor ramah energi akan membawa pendapatan per kapita Indonesia tumbuh menjadi US$ 10 ribu per kapita pada 2030. Transisi energi ini juga akan mereduksi karbon hingga 29 persen pada tahun yang sama.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca: Dorong PLN Kembangkan EBT, Luhut: Potensi Investasi USD 700 Miliar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini