INFO BISNIS – Memanfaatkan program dari Kementerian Pertanian, Kelompok Wanita Tani (KWT) melalui Kelompok Usaha Bersama (KUB) Anggrek Desa Bantimurung, Kecamatan Bone-bone, Kabupaten Luwu Utara, berhasil memasarkan produknya hingga ke sejumlah daerah.
Nama produk milik KUB Anggrek adalah Kripik India. Pemasaran produknya meliputi sejumlah daerah mulai dari Kabupaten Luwu Utara, Luwu Timur, Kota Makassar hingga Provinsi Sulawesi Tenggara.
Keberhasilan KUB Anggrek ini, menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, merupakan contoh keberhasilan keluarga petani meningkatkan ekonomi dengan memanfaatkan pertanian. “Caranya dengan meningkatkan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga sekaligus peningkatan ekonomi bagi keluarga,” katanya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa keberhasilan KUB anggrek merupakan salah satu capaian dari program Program Rural Empowerement Agriculture Development Scalling Up (READSI) yang dijalankan Kementan.
READSI merupakan program yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kemiskinan petani melalui kegiatan pemberdayaan dan pemanfaatan sumber daya pedesaan yang meliputi pembangunan pertanian, perbaikan gizi dan kesehatan masyarakat.
Adapun keripik yang dihasilkan KUB Anggrek dalam sehari, mencapai 250 bingkisan mulai dari ukuran kecil, sedang sampai dengan ukuran besar. Penanggung jawab produksi KUB, Hasmiati, mengatakan produksi yang dijual hingga ke luar daerah telah berjalan selama 3 bulan. Pada awal bulan, produk ini hanya dipasarkan dalam wilayah Desa Bantimurung Kecamatan Bone-bone Kabupaten Luwu Utara. Namun berkat pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator desa, penjualan bisa ke luar daerah.
“Awalnya, pada bulan pertama, kami mencoba memasarkan kripik dari rumah kerumah dan warung-warung sekitaran Kecamatan Bone-bone sesuai arahan bapak Fasilitator Desa,” tutur Hasmiati.
“Masuk bulan kedua hasil kerja sama antar pengurus KWT Anggrek dengan Fasilitator Desa, alhamdulillah, mulai masuk beberapa permintaan berupa pemesanan dari berbagai daerah, seperti Luwu Timur, Kota Makassar hingga Provinsi Sulawesi Tenggara.”
Ia mengaku bersyukur dengan program READSI yang telah memberikan banyak manfaat kepada petani khususnya KWT Anggrek. “Alhamdulillah semenjak adanya Program READSI, kami banyak terbantu, kami mendapatkan pelatihan budidaya sayuran, pembuatan pupuk organik, literasi keuangan dan pengolahan produk dari hasil pertanian, sehingga kami sudah bisa membuat beberapa produk dan menambah pendapatan,” kata Hasmiati.
Fasilitator Desa Bantimurung, Taufiq Triadi mengatakan hal itu merupakan keberhasilan bersama dengan para warga yang tergabung dalam KWT. “Capaian itu adalah, hasil jerih payah kelompok wanita tani anggrek di Desa Bantimurung karena adanya antusias yang tinggi diperlihatkan sampai begitu pesat pengembangan pasaran produknya,” ujarnya.
Kripik India ini, merupakan produk yang berbahan dasar tepung sagu dan terigu, mengingat di daerah itu ketersedian tepung sagu begitu berlimpah dan mudah untuk didapatkan.
Selain Kripik India, ada beberapa produk lainnya yang telah dihasilkan oleh KWT/KUB Anggrek ini, mulai dari makaroni, kacang gulung, bagea, dompo pisang, dan masih banyak lagi produk lokal yang dihasilkan.
KWT juga melakukan pemanfaatan lahan pekarangan rumah dengan menaman komoditi buah dan sayur-sayuran guna memberikan sumbangan pangan untuk dikonsumsi dalam lingkup keluarga. (*)