Ia berpendapat perekonomian Indonesia pada tahun depan akan dalam kondisi baik bila ada jaminan stabilitas, baik stabilitas politik, keamanan, maupun stabilitas kebijakan yang berkelanjutan.
"Jadi jangan sampai kita terbuai. Jadi saya hari ini membaca statement para senior-senior saya, para teman-teman saya yang seolah-olah menganggap bahwa 2023 baik-baik saja. Saya tidak mau takabur untuk menuju ke sana," kata Bahlil.
Ia sependapat dengan banyak pihak yang meramalkan pada 2023 akan terjadi perlambatan ekonomi global, dan ini telah terbukti sejumlah negara terancam resesi. Apalagi, sudah ada 16 negara yang telah menjadi pasien IMF dan masih ada 28 negara lain yang antre untuk menjadi pasiennya.
"Dan kita ke depan akan memasuki tahun politik. Kalau tidak mampu kita kelola dengan baik, bukan tidak mungkin, kita menjadi salah satu bagian yang akan antre pada fase pasien (IMF)," ujar Bahlil.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa sebagai seorang pengusaha dirinya selalu memupuk pola pikir optimistis. Artinya bukan menganggap kondisi dunia akan baik-baik saja dan terjebak pada kelalaian.
Jauh dari itu, menurut Bahlil, memiliki pemikiran optimistis harus juga tetap realistis. "Kalau dari pribadi saya berpikir cukuplah pengalaman kelam kita pada 1998 terjadi untuk ekonomi kita karena untuk bangkit itu kita butuh waktu yang lama," ucapnya.
Baca juga: Fakta Realisasi Investasi Kuartal III: Tertinggi dalam Sejarah, Mayoritas dari Negara-negara Asia
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini