TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Taufik Bawazier, menjelaskan rumitnya proses pembuatan chip semikonduktor untuk kendaraan listrik.
“Semikonduktor itu mata rantainya panjang,” ujar dia di Kompleks Parlemen pada Rabu, 9 November 2022.
Pertama, kata Taufik, mulai dari desain, setelah itu lalu bagian wafer. Selanjutnya tahapan foundry, kemudian masuk ke testing dan asembling, hingga sampai pengujian akhir. “Jadi front end sama back end.”
Baca: Kemenperin Sebut RI Bakal Bangun Pabrik Semikonduktor di Batam
Saat masuk ke pencetakan, dia melanjutkan, investasi pembuatan chip semikonduktor sangat besar. Amerika Serikat sendiri akan membangun pabrik sendiri karena masalah geopolitik perang Rusia dan Ukraina yang membuat semikonduktor langka.
“Sekarang di dunia ini penghasil terbesar semikonduktor adalah TSMC dan Samsung. Yang lain ada tapi tidak sebesar mereka,” kata dia.
Taufik menceritakan bahwa pemerintah sempat mengadakan diskusi dengan Amerika soal potensi Indonesia untuk semikonduktor. Salah satunya pasir silika yang merupakan bahan untuk mencetak semikonduktor
“Itulah yang kita purpose, nanti setelah ini kita juga diskusi lengkap dengan USINDO. Jadi minta pengusaha Amerika untuk mem-follow up proyek-proyek kita bahwa nanti Indonesia harus punya satu desain center untuk semikonduktor,” ucap Taufik.
Selain itu, bisa juga dibuat semacam pabrik yang menjadi mimpi Indonesia, kata Taufik, karena investasinya mahal. Sementara asembling dan pengujian untuk semikonduktor sudah ada di Batam bernama PT Infineon Technologies.
Untuk mobil-mobil listrik, Taufik menuturkan, semakin tinggi levelnya, semakin tinggi pula kebutuhan semikonduktornya. Namun, sekarang ini karena kondisi geopolitik supply semikonduktornya menjadi lambat sehingga mobil listrik tadi ikut terhambat juga.
“Tapi yang tidak terlalu canggih semikonduktornya masih ada karena semikonduktor kan ada dua memori sama logic. IYang tidak terlalu canggih dan rumit itu ada. Tapi yang canggih dan rumit seperti yang fiturnya banyak ini mungkin supplynya agak terhambat,” tutur Taufik.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Baca: 2025, Kemenperin Targetkan Produksi 400 Ribu Mobil Listrik Unit dan 1,75 Juta Sepeda Motor