TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan nilai ekspor Indonesia yang tumbuh sepanjang 2022 didorong oleh peningkatan harga komoditas ekspor utama. Beberapa waktu lalu, sejumlah harga komoditas mengalami kenaikan.
“Didorong oleh peningkatan harga komoditas ekspor utama kita, seperti batu bara, CPO, dan besi baja,” ujar dia dalam konferensi pers virtual pada Senin, 7 November 2022.
Namun, dia mengingatkan, kenaikan harga tersebut bisa berakhir jika rantai komoditas kembali ke situasi normal. Musababnya, volume ekspor cenderung tetap.
Baca juga: RI Lirik Pasar Timur Tengah untuk Perkuat Ekspor di Tengah Resesi, Ekonom: Agak Terlambat
Dia pun mengingatkan adanya tantangan melemahnya permintaan global di tengah ancaman resesi yang bakal menahan laju ekspor Indonesia. “Kondisi tersebut sudah mulai berdampak pada beberapa industri khususnya di sektor tekstil atau produk tekstil,” ucap Airlangga.
Di tengah ancaman krisis global, Airlangga mengimbuhkan, konsumsi rumah tangga Indonesia cukup solid lantaran tumbuh 5,39 persen pada kuartal III 2022 secara year on year (YoY). Pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 4,96 persen.
“Dari sektoral transportasi pergudangan tumbuh 25,81 persen akibat digitalisasi, ini meningkat,” ujar dia.
Selain itu, sektor akomodasi dan makanan minuman naik 17,83 persen. “Ini seiring dengan mobilitas masyarakat akibat penanganan pandemi Covid-19 yang baik dan terkendali,” ucap Airlangga.
Airlangga pun menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja impresif selama 2022 karena telah melebihi pertumbuhan sebelum pandemi atau 2019. Padahal, kata dia, ekonomi global saat ini sedang dihadapkan pada ketidakpastian dan inflasi meningkat.
Dia juga melihat adanya krisis biaya hidup, pengetatan kondisi keuangan, dan invasi Rusia ke Ukraina, serta Covid-19 yang berkepanjangan yang bakal membebani prospek perekonomian. Dana Moneter Internasional atau IMF, Airlangga melanjutkan, telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2 persen tahun ini dan dipangkas lagi pada 2023 dari 2,9 menjadi 2,7.
Selain itu, berbagai negara telah menunjukkan tanda-tanda penurunan pertumbuhan pada 2022 dan berlanjut pada 2023. “Perekonomian Indonesia di triwulan ketiga mencatatkan pertumbuhan impresif, yaitu 5,72 persen; 1,81 persen secara kuarter dan secara kumulatif 5,4 persen,” tutur Airlangga.
Baca: Cegah PHK, Pengusaha Minta Importir Tekstil Ilegal Ditindak dan Pasar Ekspor Baru Digenjot
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini