TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 dan 2023 akan tetap kuat. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini 5,2 persen.
Airlangga pun hakulyakin ekonomi Indonesia tumbuh lebih pada tinggi tahun depan kendati negara dihadapkan ancaman badai resesi. “Dan di 2023 itu juga (pertumbuhan ekonomi) di atas 5,3 persen,” ujar dia dalam konferensi pers virtual pada Senin, 7 November 2022.
Menurut Airlangga, prediksi pemerintah ini sejalan dengan ramalan berbagai lembaga internasional yang mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia melaju pada rentang 4,7 persen hingga 5,1 persen. “Artinya, tahun depan Indonesia diharapkan jauh dari resesi,” kata dia.
Ketua Umum Partai Golkar itu pun menilai kondsisi ekonomi dalam negeri sedang melanjurkan tren pemulihannya. Menurut dia, kondisi ini menjadi sinyal optimisme. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja impresif selama 2022 dan telah melebihi pertumbuhan sebelum pandemi atau 2019.
Baca: Ancaman Resesi, LPEM UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Tahun Depan Lebih dari 5 Persen
Meski demikian, Airlangga mengakui laju inflasi terus menanjak lantaran ekonomi global penuh ketidakpastian. Negara-negara global pun dihadapkan dengan tantangan krisis biaya hidup, pengetatan kondisi keuangan, dan invasi Rusia ke Ukraina, serta Covid-19 yang berkepanjangan membebani prospek perekonomian ke depan.
Dana Moneter Internasional atau IMF sudah memproyeksikan ekonomi global melambat menjadi 3,2 persen tahun ini dan bakal dipangkas lagi pada 2023 dari 2,9 menjadi 2,7 persen. Selain itu, berbagai negara telah menunjukkan tanda-tanda penurunan pertumbuhan pada 2022 dan berlanjut di 2023.
“Perekonomian Indonesia di triwulan ketiga mencatatkan pertumbuhan impresif yaitu 5,72 persen; 1,81 persen secara kuarter dan secara kumulatif 5,4 persen,” tutur Airlangga.
Secara spasial, kata Airlangga, pertumbuhan ekonomi menguat di beberapa daerah. Hal ini menunjukkan kinerja positif hampir seluruh provinsi lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi nasional.
“Tentu dari segi keseluruhan Jawa masih 56,3 persen tertinggi. Kemudian wilayah timur juga kinerjanya impresif Sulawesi pertumbuhannya 8,24 persen secara year on year, demikian pula di Maluku dan Papua juga pertumbuhannya impresif,” kata Airlangga.
Baca juga: Khawatir Resesi Jadi Dalih PHK Massal, Buruh: Menteri Jangan Menakut-nakuti Ekonomi Gelap
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.