TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di industri tekstil terjadi karena keran ekspor yang menurun. Ia menilai pasar domestik Indonesia perlu diperkuat untuk mengalihkan produk ekspor tersebut.
Ia berujar pasar domestik bisa jadi penyelamat dari krisis yang tengah dihadapi pelaku ekspor tekstil di Indonesia, asalkan konsumen mau membeli produk buatan dalam negeri. "Makanya bangga buatan indonesia itu penting, supaya saling membantu," ujarnya saat ditemui di Menara Kadin, Jakarta Selatan pada Jumat, 4 November 2022.
Baca: Ekspor Masih Tumbuh, Sri Mulyani Duga PHK di Industri Tekstil Terjadi Karena Ini
Menurut Arsjad, pelaku usaha tekstil Indonesia tak bisa terus menerus bergantung pada negara tujuan ekspor besar seperti Amerika Serikat dan Eropa. Selain memperkuat pasarnya di dalam negeri, ia menilai eksportir juga perlu menyasar negara tujuan ekspor baru seperti di Afrika, Timur Tengah dan lainnya.
Di sisi lain, ia pun berharap impor ilegal seperti impor baju bekas tanpa izin segera ditindak hukum oleh pemerintah bahkan dihentikan. Sementara itu, ia berjanji Kadin akan terus mendorong peningkatan investasi dalam negeri untuk memperkuat iklim usaha di Indonesia.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmadja mengungkapkan ancaman resesi global telah terasa bagi pelaku usaha, yakni penurunan ekspor. Khusus untuk produk tekstil, Jemmy menyebutkan penurunannya telah mencapai 30 persen. Hal itu akibat menurunnya daya beli di negara tujuan ekspor terbesar, yakni Amerika dan Eropa.
Menurut dia, penurunan ekspor komoditas tekstil bahkan akan terjadi lebih parah pada 2023. Situasi itu tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan pada negara-negara eksportir produk tekstil terbesar lainnya seperti Cina, Bangladesh, Vietnam, dan India.
Di samping itu, pelemahan daya beli di Eropa dan Amerika Serikat memicu kenaikan impor produk tekstil ke Indonesia. Sehingga terjadi daya saing yang ketat di dalam negeri.
"Cina, Bangladesh, Vietnam, India, mencoba membanjiri produknya ke sini karena Indonesia merupakan negara dengan populasi keempat terbesar dan inflasinya tidak separah negara lainnya," kata Jemmy.
Dengan begitu, permintaan ekspor yang menurun itu diperparah dengan banjir produk impor di dalam negeri. Gangguan itu menurutnya membuat utilisasi industri tekstil menurun tajam. Dampaknya, terjadi pengurangan jam kerja karyawan yang akhirnya memicu pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Ia berharap Indonesia harus bisa menjaga pasar dalam negeri dari produk-produk impor. Sehingga, produk ekspor Indonesia bisa dialihkan ke pasar domestik. "Perlindungan pasar dalam negeri sangat dibutuhkan," kata dia.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca: Sri Mulyani Soroti Maraknya PHK Massal, APBN Akan Dikerahkan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini