TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akhir Oktober 2022. Hasil rapat KSSK menilai stabilitas sistem keuangan Indonesia hingga kuartal III - 2022 masih terjaga.
Sri Mulyani menggunakan istilah resilient untuk menggambarkan kondisi stabilitas sistem keuangan pada periode itu. Sebab, kata dia di tengah melambatnya ekonomi global, sistem keuangan Indonesia masih terjaga stabilitasnya.
"Hasil dari pembahasan di KSSK untuk kuartal III stabilitas sistem keuangan atau SSK pada kuartal III - 2022 tetap berada pada kondisi yang resilient," kata Sri Mulyani saat mengumukan hasil rapat berkalan KSSK ke IV, Kamis, 3 Novemebr 2022.
Baca: Sri Mulyani Soroti Maraknya PHK Massal, APBN Akan Dikerahkan
Ia berujar, dari sisi makro, sebetulnya banyak tekanan ekonomi yang harus dihadapi sistem keuangan Indonesia pada periode tersebut. Di antaranya kinerja perekonomian global yang masih melambat dengan risiko ketidakpastian yang semakin tinggi.
"Pertumbuhan ekonomi terjadi di sejumlah negara maju terutama di AS, Eropa, dan Tiongkok. Tercermin pada PMI Manufaktur global bulan September 2022 yang masuk ke zona kontrkasi pada level 49,8," ujar Sri Mulyani.
Melambatnya perekonomian global ini menurut Sri Mulyani masih dipicu ketegangan geopolitik dan perang di kawasan Ukraina. Akibatnya mendorong tekanan inlfasi tinggi, framentasi ekonomi global untuk sisi perdagangan dan investasi, serta mengetatnya kebijakan moneter bank sentral di negara maju.
Sri Mulyani menekankan perbaikan ekonomi nasional masih terus berlanjut, ditandai dengan PMI Manufaktur Indonesia yang masih di zona ekspansif, yaitu level 51,8 pada Oktober 2022 meski turun dari posisi September 2022 sebesar 53,7.
Indeks Penjualan Riil pada September 2022, kata dia, tercatat masih tumbuh sebesar 5,5 persen secara tahunan, dan indeks keyakinan konsumen masih di zona ekspansif dengan level terakhir 117,2 meski turun jauh dari posisi Juni 2022 sebesar 128,2.
"Perbaikan ekonomi nasional juga terlihat pada kinerja lapangan usaha utama, yaitu sektor perdagangan, pertambangan, serta pertanian. Dengan demikan kita melihat dari sisi demand konsumen masih cukup kuat, ekspor masih baik, dan dari sisi supply side lapangan usaha membaik," kata Sri Mulyani.
Di sisi lain, dia melanjutkan, angka inflasi di Indonesia pada Oktober 2022 juga tercatat lebih rendah dari perkiraan awal, yaitu sektiar 5,81 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi Oktober 2022 seebsar 5,71 persen secara tahunan dan lebih rendah dari Septemebr 2022 sebesar 5,95 persen.
"Ini merupakan suatu tanda dan perkembangan yang baik, yaitu Indonesia tetap menjaga inflasi relatif dalam level yang moderat," ujar Sri Mulyani.
Dari sisi Neraca Pembayaran Indoensia (NPI), Sri Mulyani meyakini untuk kuartal III - 2022 juga masih akan surplus. Terutama dipengaruhi oleh suprlus neraca perdagangan pada kuartal III - 2022 sebesar US$ 14,9 miliar, meski pada saat yang sama ada aliran modal keluar asing di sisi investasi portofolio sebesar US$ 2,1 miliar.
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, menurutnya juga masih lebih baik depresiasinya ketimbang negara-negara lain. Per 31 Oktober 2022, Sri Mulyani mengatakan depresiasi nilai tukar rupiah akibat tingginya indeks dolar mencapai 8,62 persen. Lebih baik dari nilai tukar rupee India yang terdepresiasi 10,2 persen, ringgit Malaysia 11,86 persen, dan bath Thailand 12,23 persen.
"Ini juga konsisten dengan persepsi terhadap prospek ekonomi Indonesia yang masih tetap positif. Tren depresasi nilai tukar negara-negara berkembang didorong oleh menguatnya dolar AS yang akibat kebijakan policy moneter yang diadopsi The Fed," tutur Sri Mulyani.
Baca: Serapan Belanja Daerah 53,4 Persen, Sri Mulyani Minta Pemda Juga Berinovasi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini