TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berencana kembali menerbitkan utang untuk mendukung pendanaan pada proyek-proyek berkelanjutan atau berwawasan lingukungan. Pendanaan ini akan dikejar pada 2023.
Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, penerbitan utang ini akan seperti penerbitan pada 2021 yang menggunakan konsep produk-produk ramah lingungkan seperti green bond atau obligasi hijau.
"Tentu saja penerbitan green bond, salah satu yang berpotensi untuk kami terbitkan pada 2023, subject to persetujuan dari otoritas," kata Panji seusai acara Mandiri Sustainability Forum 2022, Rabu, 2 November 2022.
Baca: Bank Mandiri Rilis Co branding e-money Dengan Kemensetneg
Bank Mandiri, kata dia, juga mencari pendanaan tahun depan menggunakan skema ESG Repo. ESG itu berangkan dari prinsip berkelanjutan seperti Environmental, Social, and Governance.
"Ini salah satu instrumen yang kemungkinan besar akan kami manfaatkan. Tentu saja dengan melihat demand dari pasar untuk menyerap produk-produk ini," ujar Panji.
Panji menekankan, penerbitan utang untuk pendanaan Bank Mandiri pada 2023 itu akan melebihi dari total yang telah diterbitkan pada 2021 dan 2022 melalui sustainability bond maupun ESG Repo yang secara total telah mencapai US$ 800 juta.
"Green bond US$ 300 juta dan ESG repo US$ 500 juta. Berarti tahun depan kemungkinan akan bertambah dengan sesuai rencana kami di rencana bisnis bank tahun depan. Sangat potensi sekali kami menerbitkan baik itu bond maupun ESG repo, dan kombinasi-kombinasi lainnya," ujar Panji.
Penerbitan perdana sustainability bond pada 2021 yang sebesar US$ 300 juta digunakan untuk membiayai atau membiayai kembali proyek-proyek berwawasan lingkungan (green) dan sosial.
Sustainability bond tersebut memiliki tenor 5 tahun dengan kupon sebesar 2 persen. Dalam penerbitan sustainability bond ini, Bank Mandiri menunjuk Deutsche Bank, HSBC, dan Mandiri Securities sebagai joint lead managers.
Penerbitan sustainability bond ini mendapatkan pesanan permintaan lebih dari US$2,5 miliar pada saat proses book building sehingga terdapat kelebihan permintaan atau oversubscription lebih dari 8,3 kali dari rencana jumlah bond yang diterbitkan.
Sementara itu, Repurchase Agreement atau Repo ESG yang telah dieksekusi awal tahu ini telah dilakukan Bank Mandiri dengan dua conterpartynya sebesar US$ 500 juta. Salah satu counterparty itu adalah Standard Chartered Bank Indonesia.
Dikutip dari Bisnis, transaksi ESG Repo ini merupakan inisiatif strategis, tidak hanya untuk memperkuat struktur pendanaan perseroan dalam mendukung rencana ekspansi bisnis, juga untuk mengimplementasikan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB) pada pilar Sustainable Banking secara konsisten.
Baca: Nasabah Bank Mandiri Bisa Ganti Sendiri Kartu ATM di Mesin CS dengan KTP
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini