Ia mengatakan ketiadaan pertumbuhan itu disebabkan karena tingkat suku bunga yang masih tinggi sehingga mengurangi permintaan properti. Namun demikian, 80 persen permintaan semen yang berasal dari sektor ritel masih bergerak positif karena harga bahan bakar minyak, makanan, dan pajak yang turun.
Pelaku pasar juga sedang menunggu apakah stimulus fiskal yang dianggarkan pemerintah akan berjalan. "Jadi, memang ada pengaruh negatif dan positif untuk sektor semen tahun ini," katanya.
Untuk saham yang paling prospektif dikoleksi, Chandra menganjurkan untuk membeli saham PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. Ia menargetkan saham Indocement bisa naik ke level Rp 6.900 per lembar pada tahun ini. "Cost structure-nya lebih bagus dan efisien dalam menyikapi tren penurunan harga minyak," ujarnya.
Namun, ia menilai PT Semen Gresik Tbk yang tahun lalu memiliki kinerja terbaik dibanding perusahaan semen lainnya, tidak akan cukup efisien dalam menghadapi turunnya harga minyak. Target sahamnya untuk tahun ini Rp 4.100 per lembar.
Menurut dia, rencana Semen Gresik untuk menaikkan belanja modal untuk 2008 hingga 2012 dari US$ 1,3 miliar menjadi US$ 1,3 miliar tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan. "Rencana itu masih lama," kata Chandra, "Harus dilihat apakah perseroan jadi membangun pabrik dan melakukan efisiensi."
Pada penutupan perdagangan hari ini saham Indocement ditutup naik 25 poin ke level Rp 4.275 per lembar. Sedangkan saham Semen Gresik turun Rp 50 menjadi Rp 3.425 per lembarnya.
SORTA TOBING